Sugeng Rawuh


free counter

Rabu, 30 September 2009

Kacamata hitam


Ini kacamata hitam model jadul. Frame nya terbuat dari kulit penyu. Dan sekarang penyu2 itu beserta telurnya sangat dilindungi. Orang punya perhatian besar terhadap kehidupan hewan, tapi kadang malah kurang peduli dengan hidup "sesamanya". Buktinya, kasus aborsi marak terjadi di mana2. Bisa jadi mata hatinya sudah dibutakan oleh hitamnya si kaca. Hik hik...

Indonesia 1998, “Berburu Celeng”


Babi sama Celeng apa sih bedanya? Ah, berbeda atau tidak..., kagak jadi soal. Yang terang lukisan karya Joko Pekik berjudul “Berburu Celeng” ini laku senilai satu miliar dalam suatu pameran tahun 1999. Dan julukan Pelukis 1 Miliar pun disandang oleh seniman gaek yang sekarang berusia 72 tahun kelahiran Grobogan, Purwodadi Jawa Tengah itu.

Karya tersebut menjadi bagian dari trilogi celeng yang ia buat untuk melambangkan keangkaramurkaan di negeri ini. Jadi jelas bagi kita bahwa si celeng itu mati bukan gara2 tertular virus flu babi yang saat ini sedang merebak dan mewabah, tapi memang karena celeng itu kelewat rakus dan menjadi hama sehingga perlu digebuk dan ditumpes, peeeessss.

Apes deh…

Guru Jadul

Guru adalah sosok yang hebat dan tokoh idola yang sangat kita kagumi. Pagi-pagi setiap guru datang kita selalu berebutan mengambil sepedanya. Yang tidak kebagian sepeda berebut membawakan tasnya. Sisanya berbaris seperti pager ayu sambil mengucapkan “Selamat pagi pak Harno” atau “Selamat pagi bu Yati”. Sepeda guru rata-rata sepeda mahal, seperti : Humber, Gazelle, Fongers, yang memakai versnelling dan kalau jalan bunyinya cik ….cik…cik…..merdu sekali.

Guru saya klas 6 dulu namanya pak Harno. Kalau mengajar selalu memakai hem lengan panjang yang disetrika halus merk Columbus atau Sanforized, merk-merk yang lagi nge-tren waktu itu. Gaji guru SR tahun 50-an sekitar Rp600,-, untuk indekost dan segala kebutuhan sehari-hari sebulan tidak menghabiskan Rp200,-. Bisa dibayangkan kalau punya anak perempuan dilamar mas guru pasti langsung diberikan. Profesi guru benar-benar profesi yang terpandang….

Begitulah kesan Papa Doni di: http// roesharyanto.blogspot. com tentang guru jadul.

Feodalisme …, harus enyah

Masyarakat Indonesia kini masih hidup dalam iklim feodalisme yang kuat, Orang kaya dan penguasa mendapat fasilitas lebih, sementara yang miskin dan lemah tidak mendapat apapun.

Dan meskipun ada pernyataan tegas bahwa setiap warga negara setara di hadapan hukum, namun pernyataan itu tidak pernah menjadi kenyatan. Slogan kesetaraan di hadapan hukum itu…, gombal.

Turunan priyayi ataupun “darah biru” masih merasa lebih tinggi statusnya ketimbang orang lain. Pejabat masih merasa juga sebagai “raja jalanan”, sehingga ketika dia akan lewat, warga biasa harus mengalah. Ini sekedar contoh kecil dari masih adanya kultur feodalisme.

Feodalisme ekonomi juga masih terjadi. Uang bisa membuat seseorang mendapatkan keistimewaan. Hak asasi seseorang hanya bisa terpenuhi manakala dia memiliki daya beli tinggi. Sementara orang yang tidak punya uang, dinilai tidak layak mendapatkan hak2 dasar.

Jika masyarakat Indonesia masih hidup di alam feodalisme seperti itu, bisa dipastikan cita2 menegakkan demokrasi tidak akan pernah terwujud. Oleh karenanya agar demokrasi, agar kesetaraan dimata hukum bagi seluruh warga negara dapat menjadi kenyataan, feodalisme dalam segala bentuknya harus dimusnahkan, harus dienyahkan.

Ya, feodalisme harus dienyahkan karena dialah sesungguhnya biang kerok perilaku diskriminasi, penindasan dan korupsi, yang selama ini marak terjadi dan yang merupakan musuh besar demokrasi.

Ah, ngomong sih gampang. Tapi cara memusnahkan feodalisme yang seharusnya sudah jadul itu bagaimana?

Piye Jal?

Ciri-Ciri Pria Jadul

Omong2 soal barang jadul, ini ada kiriman tulisan dari seorang teman tentang:

Ciri-Ciri Pria Jadul alias Tidak Muda lagi

01. Membaca makin jauh, kencing makin dekat.
02. Dulu tidur berhadap-hadapan, sekarang pantat-pantatan.
03. Dulu suka pakai minyak wangi, sekarang pakai minyak angin.
04. Dulu 12 kali lebih dalam sebulan, sekarang belum tentu sekali sebulan.
05. Dulu keras sekali selama menunggu, sekarang lama sekali menunggu keras.
06. Dulu langsung ON, sekarang langsung Down.
07. Dulu sering siul2in cewe, sekarang siul2in burung.
08. Dulu kencing asin, sekarang kencing manis.
09. Dulu sering makan enak, sekarang sering makan obat.
10. Dulu korbankan kesehatan demi kekayaan, sekarang korbankan kekayaan demi kesehatan.
11. Dulu mengkritik generasi tua, sekarang mencela generasi muda.(hm..)
12. Dulu dongkol karena nggak dikasih, sekarang jengkel karena ditagih.(haha..)
13. Dulu pemburu nikmat, sekarang diburu tobat ... ampuuuuun .......

Hiya juga ya...

Cewek Cantik..., versi jadul

Masyarakat Jawa Kuno telah mengenal konsep wanita cantik itu yang kayak apa. Silahkan bayangkan sendiri kira2 seperti apakah gerangan sosok wanita yang dikata hmmm itu.

Ciri-ciri cantik itu sebagai berikut:
a. lambe iwir manggis karengat (bibir bagaikan buah manggis terbuka)
b. liringe sor madu juruh (kerling matanya mengalahkan manisnya juruh madu)
c. sor tang nyuh danta santene (payudaranya mengalahkan kelapa gading)
d. wangkong iwir limas angene (pantat bagai limas yang baik)
e. wentis iwir pudak angrawit (betis bagai bunga pudak yang mempesona)
f. dlamakan gamparan gading (telapak kaki seperti gamparan gading)
g. adege padmanagara (tubuhnya seperti padmanagara)
h. lumampah giwang lan gangsa (lenggangnya beralun senada gamelan, seperti seekor angsa)
i. panepi iwir patrem kounus (pinggang bagai patrem terhunus)
j. pupu iwir pol ginempotan (paha bagai daun palma yang diserut halus).

Gitu deh...

Keraton Bangun Pabrik Rokok..., pemanfaatan?

Papilon:
Dengan alasan untuk menyerap tenaga kerja, khususnya di kalangan masyarakat kurang mampu di wilayah Yogyakarta, para putri Keraton Yogyakarta beberapa waktu lalu mendirikan pabrik rokok sigaret keretek tangan yang diberi nama Kraton Dalem.

Produk rokok ini dikelola oleh PT Yogyakarta Tembakau Indonesia (YTI) yang didirikan oleh putri-putri Sultan Hamengku Buwono (HB) X. Bertindak sebagai Direktur PT YTI adalah Gusti Kanjeng Ratu Pembayun, putri tertua HB X. Sementara Gusti Raden Ayu (GRAy) Nurmagupita Suryokusumo, putri kedua HB X sebagai Brand Manager sigaret Kraton Dalem. Dalam usaha ini PT YTI bekerja sama dengan PT HM Sampoerna Tbk. Produk rokok ini untuk melayani masyarakat Yogyakarta, Solo, dan Magelang.

GRAy Normagupita Suryokusumo dalam jumpa pers menyatakan, sigaret ini dibuat secara manual atau lintingan tangan. Ini merupakan bentuk padat karya yang amat menolong masyarakat yang kurang mampu. "Dalam menentukan pekerja pelintingan, kami benar-benar mencari tenaga-tenaga yang perlu ditolong. Kami memperoleh data dari desa-desa mengenai masyarakat yang kurang mampu."

Menjawab pertanyaan wartawan mengenai pilihan Keraton Yogyakarta memproduksi rokok yang tampaknya tidak sejalan dengan pencanangan Yogyakarta sehat tahun 2010, Nurmagupita menyatakan, merokok dan tidak merokok adalah pilihan. "Dan juga sasaran kami adalah usia 30-40 tahun yang benar-benar telah dewasa untuk menentukan pilihan," tegasnya.

Demikian juga ketika menjawab pertanyaan tentang pemberian nama rokok Kraton Dalem, apakah tidak semacam dekarismatisasi keberadaan keraton sekarang, Nurmagupita menyatakan, "Pemberian nama itu melalui semacam polling kepada masyarakat, dan kebanyakan setuju dengan nama itu. Kami tidak akan mengambil kesempatan di balik keberadaan Keraton Yogyakarta. Orang luar juga banyak yang menggunakan nama keraton, misalnya bakso keraton dan sebagainya," tegasnya.
(Sumber: Kompas)

Kalau saya bilang itu sih..., pemanfaatan. Menggunakan "kebesaran keraton" untuk nyari uang.

Piye Jal?

Papi RH:
Pemanfaatan tentu saja, apalagi alasan yang dapat dicari kalau bukan itu? Ingin mencolong mereka yang kurang mampu? Ada jalan yang lebih ethis daripada mengekspoitasi gengsi dan menggunakan perkeratonan (tapi maklum, orang Yogya adalah orang feodal, mereka tidak ingin merdeka, menurut pembacaan saya ada gejala sosial/politik bahwa lebih banyak orang Yogya suka diperintah oleh Sultan daripada oleh wakil yang dapat mereka pilih).
Tapi ya baru sekian itulah kemampuan demokrasi orang kita ...

Papi Iss:
Yah bener Pi, kurang kreatif deh, coba Kraton Dalem itu dimanfaatkan dalam bentuk BATIK, Pakaian Batik, Assesories wanita, atau pernak pernik yang indah indah diberi merk Donna Karan eh Kraton Dalem, kan ya bisa to kayak merk terkenal itu dan beken sampai manca negara?
Hai ini lho baru ngetrend: tas Kraton Dalem.
Ini sandal Kraton Dalem
Ini sepatu Kraton Dalem.
wis to semuanya hand made deh.


Papilon:
Sip sip siiip. Setuju Pi. Batik Tulis Kraton Dalem..., terdengarnya sangat keren.

Mungkin kalau papi Iss yang jadi sultan, hal itu bisa terwujud. Dan nama papi Iss akan lebih panjang dan punya arti: Ingkang Sinuhun Sultan Suhendra (ISSS).

KE KIRI JALAN TERUS?!

Papilon:
Piye to, wong mau belok kiri kok malah disuruh terus. Lah melanggar lampu lalin dong, dan kesasar laginya. Harusnya bagiku: silahkan belok kiri saat lampu merah. Lah kedawan maka disingkat singkat sampai salah. Apa enaknya 'boleh kekiri saat merah'?

Sebenarnya, apakah rambu lalu lintas jenis ini, “Belok kiri jalan terus”, diperlukan?. Kalau kita buka Peraturan lalu lintas yang berlaku, yaitu PP 43/1993 tentang Prasarana dan Lalulintas Jalan, pada Pasal 59 ayat 3 tertulis “(3) Pengemudi dapat langsung belok ke kiri pada setiap persimpangan jalan, kecuali ditentukan lain oleh rambu-rambu atau alat pemberi isyarat lalu lintas pengatur belok kiri.” Artinya, seharusnya di setiap persimpangan “lampu merah” yang tidak memiliki “rambu lalulintas tambahan” kita otomatis boleh langsung belok kiri, tanpa harus melihat apakah lampu berwarna merah atau hijau….

Kalau menurut kajian bahasa, makna Belok kiri jalan terus berarti mereka yang ingin belok ke kiri, harus jalan terus (tidak boleh belok). Kalimat ini tentu saja tidak tepat. Kalimat yang tepat seharusnya adalah BELOK KIRI LANGSUNG. Kalimat belok kiri langsung bermakna kalau kita tidak bemaksud akan belok kiri, janganlah kita berhenti di situ, di sisi jalan paling kiri itu. Kalau kita berhenti malah akan menyumbat dan menghambat arus kendaraan di belakang kita yang akan berbelok ke kiri….

Anehnya, meskipun tahu bahwa kalimat Belok Kiri Jalan Terus, itu tidak tepat, tapi tetap saja kalimat itu digunakan. Mangkanya kita tidak pernah sampai tujuan, lha wong mau belok kiri malah disuruh jalan terus. Lha kapan sampainya?

Mungkin itu sebabnya adil makmur sepertinya susah sekali dicapai… (Lho, apa hubungannya?)

Papi RH:
Sebelum orang boleh mengemudi atau naik motor di jalan umum Oz, sebagaimana juga di Ina, orang harus memahami dan mengerti secara praktis peraturan lalu lintas.

Misalnya, kalau di perempatan atau pertigaan orang "rebutan jalan lebih dulu", maka peraturan yang sekarang berlaku di negara bagian Victoria ialah yang belok ke kiri mendapat prioritas (right of way) dari pada yang akan belok kanan. Sebelum itu, saya kira 2002, Vitoria mengikuti belok kanan mendapat right of way, sedangkan di negara bagian lain yang belok kiri yang menang ambil jalan duluan.

Sekarang orang dari negara bagian manapun tidak lagi akan ragu-ragu. (Alasan Vitoria dulunya right of way ke kiri lebih memperlancar lalu lintas).

Di Oz bunyi "belok kiri jalan terus" ialah "proceed when safe", artinya boleh jalan terus kalau tidak mengganggu keamanan, lihat dulu ada nggak kendaraan dari kanan yang akan melaju kencang.

Di banyak jalan raya (semacam tol) di kota besar kendaraan yang masuk dari kiri jalan pokok juga mendapat right of way, tentu saja kendaraan itu sudah harus mendekati kecepatan 100 km sebelum mau masuk (merge).

Kakak saya almarhum yang pernah mengunjungi Oz bilang kepada saya kamu untung di sini kamu punya jalan raya yang baik, di Ina banyak mobil tetapi tidak ada jalan!

Papi Iss:
Di Indonesia itu semuanya tetap dianggap untung papi. Jadi tidak ada mobil tidak apa apa yang penting ada jalan. Maka coba saja lihat kalau orang naik sepeda motor, satu sepeda motor bisa ditunggangi 5 orang. Ayah, ibu, satu anak duduk ditangki bensin di depan ayah, satu anak ada di antara ayah dan ibu kecepit tapi bisa bobok dengan ayem. satu anak lagi ada dalam perut ibu. 5 nyawa satu motor biasa pak. Karena baru mau mudik, maka juga ada muatan lain, yaitu tas ransel maupun oleh oleh berupa plastic bergantungan baik di punggung ibu hamil maupun dicantel cantelkan di stang.

Bagaimana dengan helm? Apa di OZ juga ada peraturan harus pakai helm??????
Apa banyak orang naik sepeda motor???? Aku diberitahu bahwa di LA sekarang ini baru ngetrend orang naik sepeda motor melalui highway. Ada Ducati disamping Yamaha ataupun Harley Davidson. Memang sepeda motor di LA sepeda motor gede semua.
kagak ada yang cuma 100 cc doang.

Papi RH:
Helm atau "helmet" tentu saja harus dipakai, yang tidak memakai bisa melakukan dua kesalahan, dituduh tidak ingin menyelamatkan diri dalam kecelakaan dan merugikan perusahaan asuransi (ha ha ha). Tetapi setahu saya sepuluh tahun yl di NSW (Sydney dan daerah) tidak ada keharusan mengenakan helmet, karena melanggar hak azasi manusia, kata mereka.

[Sebaliknya di seluruh Oz sudah sejak lama semua pengendara sepeda onthel diharuskan memakai helmet sepeda]
.
Sepeda motor yang layak jalan di sini minimal harus 250 cc dan bisa melaju lebih dari 110 km per jam. Sering mobil saya disalip mereka dengan kecepatan 150 km/jam. Anda tahu Casey Stoner jawara motor dunia adalah ABG dari Oz. Biasa yang dipakai oleh bikie gang (orang gede-gede yang amat menakutkan, dan mereka ini biasanya terlibat dalam tindakan kriminal dan drugs, dan sering tembak-menembak dengan saingan - misalnya Hell's angels berperang melawan Gironemo dsb) berukuran lebih dari 1000 cc. Sepeda motor ukuran ukuran 80 - 125 secara sinis dinamakan sekuter.

Papi Iss:
Dulu aku kan kuliahed (niru inggris) di Gama di Yogyakarta. Nah pasti aku butuh kendaraan. Kebetulan memang ayahku itu gilaed sepeda kumbang. Jadi ayahku punyaed Ducati, punya BMW, Bomel (?) dan juga Honda.
Honda ini twin. Jadi 125cc x 2 mesin kiri dan kanan. Knalpotnya juga dua kiri kanan. sosoknya gede 250 cc. Wah udah besar tuh. Duduknya membungkuk dan kalau digas: breeem breeeem, serem. Suaranya dalam dan uenak didengar.

Aku dari Semarang ke Yogya naiked Honda twin ini cukup 2 jam, berangkated jam 10 sampai di Yogya jam 12.00. Ah praktikum masih satu jam: jam 13.00. Aku pikired mengapa aku tidak tiduran dulu. Ya udah tidured sungguhan dan praktikum bablased di alam mimpi. Wis to, payah ya.

Begitu banguned melihat jam wah telaaat, Aku bergegased ke kampus kedokteran di selatan Yogya, dan mengendap-endaped masuk ruang pratikum: ah cuma disuruhed lihat kristal oxalat dalam daun bayam. cikal bakal batu ginjal.

JAMUAN MAKAN

Papi ISS:
Pada sebuah jamuan makan untuk para orang asing, nyonya rumah menyajikan makanan Indonesia yang umum disukai orang.

A: What is this?
Ny: This is gudeg.
A ngicipi: Wow this is good. Sweet
Ny: senyum senyum puas.

A: What is this?
Ny: This is Fried chicken Kremesan.
A ngicipi: Wos this is good too, very crispy.

A melihat menu lain: What is this?
Ny: This is mie very fresh and hot.
A: ...........?


Papilon:
A melihat menu lain: What is this?
Ny: This is mie very fresh, hot and..., nyemek.

(Boso Inggrise "nyemek" opo sih? )

Papi Iss:
nyemek = Be check

Papi RH:
Tergantung konteksnya, bisa yummy, bisa yucky, tapi bisa juga just moist ... atau succulent, he, he, he. Memang tidak ada bhs lain yang bisa menerjemahkan barang-barang thethek bengek pating bleketrek dari Jawa!!!

Papi Iss:
Apa aku bilang, bahasa Jawa lebih lengkap detilnya daripada bahasa lain. Sayangnya untuk masalah tehnologi bahasa Jawa nol kecil.
Download ngunduh
escape mlayu
ctrl alt del emboh
shift angkat
tab emboh
caps lock kunci emboh
backspace mlakumundur
insert nlisip
scroll muterngisornduwur
enter mlebu
page down ngisore
page up nduwure
home balingomah
end rampung

Dan menurut aku nyemek itu tidak cocok kalau dikatakan yummy atau yucky wong itu hanya berarti nyam nyam, atau enak. Kalau moist ya belum bisa menerangkan kalau nyemek.
Succulent wah iki maning, malah mung kaya lidah buaya.

Tapi bener kalau ini tergantung dari konteksnya apa ini ngomong : This is mie fresh and hot, atau This is me fresh and hot??????

Mumet aku, bedane mung i doang.


Papi RH:
Seorang sahabat (wanita) kami yang berasal dari Cina, menjadi migrant di Oz via Malaysia, pernah menjamu kami, dan dia menawarkan pilihan bermacam hidangan yang dimasaknya. Dia menawarkan bakmi (bhs pergaulan kami kan Inggris), dia bilang; "Do you want me (mie, mee)?" Langsung dia nyambung: "Wah kedengarannya kok cabul ya?".

Contoh hidup seseorang luar biasa yang dapat memberi "ilham"

Papi RH
Tadi pagi aku baca di dalam koran tentang hidup seseorang yang amat luar biasa.
Betapa tidak?

Dia lahir pada tahun 1895, dan sebagai anggota angkatan bersenjata Inggris Raya ikut Perang Dunia I dan II, dan meninggal dunia baru kemarin. Sebagai pria tertua di dunia dia mencapai usia 113, dan telah hidup dalam tiga abad. (Penggantinya, seorang warga AS kini berusia 'baru' 112). Ketika ditanya, apakah rahasia yang dia miliki sehingga bisa hidup begitu panjang. Dia menjawab (mungkin ini nasehat bermanfaat untuk Papilon, kecuali mungkin nomor 3, khususnya karena bahaya yang dewasa ini amat mengancam!):
* merokok banyak, seperti cerobong asap ...
** minum banyak minuman keras, khususnya whiskey
*** main perempuan (dia amat suka akan "wild women" ).
Wah ini sama sekali kebalikan mo limo, tetapi ternyata satu orang menunjukkann jalan bahwa sekurangnya mo telu justru membantu hidup panjang yang penuh kesenangan.


Iss:
Huahahahahaha, Bila ilham ini ditiru katakan saja 100 orang dijamin 100 orang gagal mencapai usia jompo. Yang tidak dilaporkan adalah apakah dia masih bisa menjadi orang yang sosial? Apa dia adalah orang yang EGOIS banget?

Hidupnya seperti bayi: menuntut menuntut dan menuntut. Kalau tidak dipenuhi akan gedruk gedruk, marah dan menjengkelkan orang di sekitarnya, yang lalu wish him to be dead sooonest possible.

Asumsi ini karena biasanya orang jompo itu sudah sulit melakukan pekerjaan harian pentingnya. Wah ketika harus menggendong ke kamar mandi, ketika harus menggendong ke tempat tidur. itu suatu pengalaman yang makin lama makin berat.

Seorang bayi juga digendong, juga berat tapi bayi itu tidak bisa mengatai ngatai apa apa. Lucu dan menyenangkan dipandang karena getaran sel tubuhnya 127 kali per detik amat menyegarkan yang ada disekitarnya.

Seorang Jompo tdk punya getaran nikmat seperti itu. Tidur didiamkan ngomel: mosok aku tidak ditiliki masih hidup ataukah sudah mati. Ditiliki: orang baru tidur enak enak kok diganggu. Teriakan serak menusuk bukan telinga tetapi hati dan jantung.

Cinta dan grateful berubah jadi burden dan kewajiban. Maka rumah jompo laris manis.

Papi RH:
Kalo anda baca tentang Henry Allingham yang meninggal dunia dua hari yang lalu, dia samasekali bukan orang tua yang ISS lukiskan!
Sampai usia 110 dia masih hidup di rumahnya sendiri. Baru tiga tahun yang terakhir dia tinggal di rumah tua. Tetapi dia bukan beban para perawatnya, para perawat bercerita tentang betapa baik hati Henry ini. Dia sungguh menjadi ilham bagi orang lain mengenai bagaimana hidup ini mesti dihayati: membuat orang lain gembira. Hanya orang tua yang tidak memiliki kesehatan tubuh dan akal mereka sajalah yang membuat orang lain merasa sedih.

Papi Iss:
Orang seperti ini hanya ada satu atau dua orang saja, jadi patut mendapat Guiness Book of Record atau MURI bila dia orang Indonesia. Orang lain yang mengikuti anjurannya akan koit duluan sebelum bisa mencapai 80tahun. Orang Ukraina waktu ditanya apa resep hidupnya yang panjang juga bilang apa adanya; tiap hari makan daging kambing gunung. Orang Jepang yang hidup panjang bilang: makan tiap hari 32 macam bahan makanan dan harus jalan kaki pulang balik untuk membeli semua bahan itu ke pasar.
Orang GunungPati kalau ditanya bilang: aku minum air hujan yang ditampung di drum bekas oli. Katanya itu segar. Dan merokok klembak menyan dengan daun jagung sebagai pelintingnya. Itu jamu kuat. Sayang dia baru umur 94 tahun ketabrak sewaktu menyeberang jalan kurang hati hati.

Orang lain lagi kalau bisa berumur panjang ditanya cuma bisa komat kamit wong wis buyuten. hahahahahahaha.

BUTA WARNA

Papi RH:
Tahukah anda bahwa anjing adalah buta warna? (Jangan tanya saya, bagaimana para ilmuwan itu memastikan bahwa anjing buta warna! Ditanya, mangkali?)

Papi Iss:
Ya itulah anjing ditanya: Apa kamu black? Dia jawab hugh hugh, Ah mana mungkin kamu Hugh? Udah lah kamu Blacky saja.

GARUDA

Papilon:
Kita punya lambang negara berupa gambar burung Garuda. Tapi sebenarnya burung Garuda itu burung apaan sih? Kalau sebangsa burung Dara, burung Kakatua, Burung Elang, Burung Gereja, bahkan kampret, kita sangat mengenalnya. Tapi ini..., burung garuda? Apaan tuh? Kok rasanya asing ya?

Burung yang asing bagi kita, tapi kok lalu dipilih sebagai lambang negara. Ada apa ini ya? Saya merasa lebih bisa mengerti kalau lambang itu misalnya berupa gambar..., ayam jago, atau gambar komodo.

Piye Jal?

Papi Iss:
Memang jarang lho burung kok bulu sayapnya bisa sebanyak pas 45 lembar, bulu dadanya pas 8 lembar, dan ekornya bulunya pas 17 lembar. Jadi apa boleh buat yang bulunya sebanyak itu pas tidak lebih tidak kurang cuma burung garuda. Ya udah diambil saja burung garuda, kagak ada pilihan lain. Coba ambil jago, bulunya banyak nemen. kagak cocok tuh. Atau ambil manuk emprit atau manuk grejo, ya susah deh, bulunya kagak cocok jumlahnya.

Jadi papilon, apa boleh buat harus ambil burung garuda yang cocok tuh sama tanggal bulan tahun kemerdekaan Indonesia.
piye jal.

Papi RH:
Lho!
Burung garuda (bhs asingnya di Barat aquila, eagle, burung besar yang memangsa hewan lainnya) adalah predator atau burung pemangsa. Di daerah lain dunia dikenal ada eagle yang bisa mengangkat satu biri-biri dalam kisah legenda di Eropa (buku pelajaran SMP yang kami pakai di Pangudi Luhur dulu mengisahkan seekor eagle yang merenggut seekor domba).

Tetapi yang di Indonesia ini langsung diambil dari dunia cerita India, kisah Ramayana, yang tentunya anda kenal dengan amat akrab dari crita Romo dan Sita / Sinta. Bahkan dinas penerbangan nasional Indonesia bernama Garuda, bukan? (Sayagnya garuda ini dewasa ini tidak dihormati / dipercayai di banyak bagian dunia lain, dia tidak boleh beroperasi di Eropa!!!)

Memang aneh bhw Indonesia menggunakan garuda, tetapi rupanya pengaruh wayang telah demikian "manjing" di dalam kebudayaan Indonesia pada awalnya, sehingga mereka tidak memikirkan memakai simbol lain. Kalau anda nonton wayang pasti anda pernah melihat sebuah tokoh yang bernama Garuda, Peksi Garuda, yang dapat menerbangkan Sita / Sinta. Mungkinkah peranan garuda yang dapat menyelamatkan pihak yang lemah itulah yang membuat bapak bangsa memilih lambang itu. Jangan lupa, burung itu adalah LAMBANG. Kalau pakai manuk emprit kan rilaka .... bisa jadi bangsa tempe ...

BAHASA TUBUH

Papi Iss:
Kemarin di METRO TV, Bp. Mario Teguh mengajari kita tentang berbohong.
Orang yang kita temui itu bohongnya ada 70% sedangkan yang 30% yang bener.
Bagaimana tahu kalau orang berbohong?

Ternyata Bahasa Tubuh adalah salah satu untuk mengetahui ketika seseorang mau menutupi suatu kebenaran yang dia sembunyikan. Di antaranya yang paling kelihatan adalah mata sang jendela hati.

Diuji coba seorang audience diminta maju dan diajukan kepadanya beberapa pertanyaan.
Sebelumnya yang lain sudah diberi tahu bagaimana reaksi mata bila sedang menjawab pertanyaan. Ketika pertanyaan diajukan audience yang lain tertawa ketika melihat gerakan mata yang ditanya, karena gerakan mata itu persis seperti apa yang dituturkan atau diprediksi oleh Bp. Mario Teguh.

Matanya akan melirik ke kiri ke kanan ke tengah etc. yang semuanya mengandung arti bahasa tubuh.

Bila seseorang sedang merasa diuji, maka tubuhnya akan frozen, akan kaku, formil dan kelihatan kalau takut salah. Bila seseorang harus menutupi sesuatu kedipan matanya yang melubrikasi mata itu berkedip lebih cepat dari yang perlu untuk tujuan lubrikasi.
Dst dst.

Maka dari itu sering kali orang akan menutup dahi sekaligus mata bila sedang terdesak mengungkapkan kebenaran.

Agaknya menarik juga mempelajari bahasa tubuh ini ya?


Papi RH:
Ya, bahasa tubuh atau body language, memang meliputi seluruh ke-ada-an kita sebagai manusia. Kalau kita takut, tubuh kita, tanpa bisa dikendalikan, akan menyatakan ke-ada-annya secara jujur dan bebas tak terkendali, misalnya deg-degan, ndredeg, mrinding, bulu kuduk berdiri, siap-siap lari dsb - dan ini semua bisa dibaca oleh orang lain.
Demikian juga kalau kita gembira, kita (di antara ABG di Oz) akan mengacungkan tangan terkepal kita ke atas, atau meloncat tinggi, semua secara spontan.

Kalau kita suka sama seseorang lain (jenis kelamin lain) tanpa amat disadari kita akan tersenyum, me-manggak-ake (monggo, monggo) dan dengan gerak-gerik lain, misalnya membenahkan dasi, jas atau sabuk, dsb. Kalau kita tidak suka tubuh kita juga berpaling, sedakep, tidak nggape etc. Terutama tangan dan mata kita bisa dibaca dengan mudah. Tidak menatap berarti tidak jujur atau tidak "tanggap". Tangan menuding berarti "awas", dsb. Bibir bergetar berarti geram . Tubuh adalah pengekspresi diri kita.

Bahasa yang lebih ter-refleksi dan teratur adalah cermin pembentukan atau pendidikan jiwa.

Tetapi ada naluri primer atau alamiah yang mengendalikan pernyataan perasaan kita dalam gerakan tubuh yang kita miliki.

Sementara gerakan ini ditentukan juga oleh lingkungan kebudayaan, tidak menatap mata dalam kebudayaan Afrika tidak berarti "selingkuh", mereka tidak biasa memandang orang dengan menatap mata, karena ini justru berarti kehilangan konsentrasi berfikir.
Ini pulalah bagusnya (atau celanya) komunikasi maya dengan internet, anda tidak bisa melihat apa yang diucapkan oleh tubuh ku di saat ini!!!

Arti hidup

Papi Iss:
Banyak orang memberi teori ini dan itu mengenai apakah hidup ini.
Maka papi iss juga mau kasih pengertian mengenai apakah hidup itu:

Saat aku kecil, aku berlari kesana kemari
mengejar kupu-kupu dan serangga lain.
Saat aku beranjak besar, aku berlari-lari mengejar bola untuk ditendang pergi.
Saat aku beranjak tua, aku masih berlari lari tapi sekarang lari di tempat di treadmill untuk menjaga kesehatan.
Saat aku jompo, pasti aku tidak bisa lari lagi.
Jadi hidup itu adalah lari lari.
Tidak bisa lari ya berarti mati.

Papi RH:
Pertanyaan anda tidak hanya sulit dijawab, tetapi bahkan tidak dapat ditanyakan, alias tidak berguna. Pertanyaan itu senada dengan: bernafas itu apa, makan itu apa, tidur itu apa (?). Kenapa mati dinamakan istirahat?
Orang sudah memecah pertanyaan itu menjadi beberapa jurusan pertanyaan:
1) Dari segi apa? (biologis, filsafat, agama, ekonomi?)
2) Dari tujuan apa? (untuk diapakan hidup ini?)

Bahkan setelah dipecah-pecah, orang masih bertengkar mengenai jawabannya. Pertanyaan itu sama dengan: apakah Allah ada? Apakah hidup di akhirat itu ada? Apakah hidup ini adil? dsb. Maka, selamat mengejar arti hidup.

(Seorang teman / kolega perempuan asal India berkata: Kita tidak musti mencari arti hidup, kita musti memberi arti hidup kepada diri kita masing-masing. Saya rasa ini ada kebijakannya).

Papi Iss:
Begini papi, namanya saja payrus, jadi tidak usah serius.
Kalau pertanyaan apa arti hidup ditanggapi serius, ya memang pertanyaannya saja bisa dipertanyakan. Apa arti hidup? Lho kamu kok tanya itu ada mangsud apa to?

Ya to orang tanya ditanya maksud bertanya itu apa. Jadi Pi kagak usah serius kok.

Waktu kecil kita jungkir balikkan siang jadi malam dengan bobok sepanjang hari, malam jadi waktu sibuk. Waktu remaja kita dijungkirbalikkan waktu bermain jadi waktu belajar dan waktu belajar kita main-main. Waktu Dewasa kita jungkir balik cari kerja kesana kemari penuh penolakan, dan setelah dapat kita jungkir balik bekerja memenuhi target penjualan. Setelah Menikah kita jungkir balik dari Branch manager kepala cabang menjadi pembantu, bayi jadi tuan yang tyrani, yang tidak kenal kompromi segala perintah harus in promptu, dan sekaligus jungkir balik merayu istri agar tetap mau berkorban.
Setelah tua kita jungkir balik yoga agar sehat.
Ketika kita mati semua orang sekitar kita jungkir balik karena kehilangan kacung besar seperti aku.

What is life? Hidup ini adalah JUNGKIR BALIK.

Kalau hidup kita sudah tidak ada gunanya (tidak dapat makan minum, berak, bermain dan menikmati sekedar faset kehidupan) maka hidup tidak hanya jungkir balik, tapi sudah game, set dan match, bukan?

SATU-JAM SATU-JAM SAJA…

Masak kita diingatkan oleh anak kecil yg belum kenal wot bengkonge kehidupan... ..
Ora trima aku...ora triiiimmmaaa. ....jan uedan tenan yaaa......

Suatu hari seorang anak kecil datang kepada ayahnya dan bertanya: "Apakah kita bisa hidup tidak berdosa selama hidup kita?"
Ayahnya memandang kepada anak kecil itu dan berkata: "Tidak, nak".
Putri kecil ini kemudian memandang ayahnya dan berkata lagi: "Apakah kita bisa hidup tanpa berdosa dalam setahun?"
Ayahnya kembali menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum kepada putrinya. "Oh ayah, bagaimana kalau 1 bulan, apakah kita bisa hidup tanpa melakukan kesalahan?"
Ayahnya tertawa, "Mungkin tidak bisa juga, nak".
"OK ayah, ini yang terakhir kali, apakah kita bisa hidup tidak berdosa dalam 1 jam saja?".
Akhirnya ayahnya mengangguk, "Kemungkinan besar, bisa nak dan kasih Tuhan lah yang akan memampukan kita untuk hidup benar".
Anak ini tersenyum lega. "Jika demikian, aku akan hidup benar dari jam ke jam, ayah.
Lebih mudah menjalaninya, dan aku akan menjaganya dari jam ke jam, sehingga aku dapat hidup dengan benar...."

Pernyataan ini mengandung kebenaran sejati.

Marilah kita hidup dari waktu ke waktu, dengan memperhatikan cara kita menjalani hidup ini. Dari latihan yang paling kecil dan sederhana sekalipun, akan menjadikan kita terbiasa, dan apa yang sudah biasa kita lakukan akan menjadi sifat, dan sifat akan berubah jadi karakter, dan karakter akan menjadi destiny.....

Hiduplah 1 jam :
* TANPA kemarahan,
* tanpa hati yang jahat,
* tanpa pikiran negatif,
* tanpa menjelekkan orang,
* tanpa keserakahan,
* tanpa pemborosan,
* tanpa kesombongan,
* tanpa kebohongan,
* tanpa kepalsuan...
Lalu ulangi lagi untuk 1 jam berikutnya.. .

Hiduplah 1 jam
dengan kasih,
dengan sukacita,
dengan damai sejahtera,
dengan kesabaran,
dengan kelemahlembutan,
dengan kemurahan hati,
dengan kerendahan hati,
dengan penguasaan diri...

Dan ulangilah untuk 1 jam berikutnya.. .
Jalanilah kehidupan yang berkenan kepada Tuhan,
dengan menjalaninya dari waktu ke waktu,
dari 1 jam ke jam berikutnya..

Kiriman: Mas Titi (milis de Britto)

Bendera Setengah Tiang

Hari ini, adalah tanggal 30 September 2009. Pada masa lalu, pada era pemerintahan Presiden Suharto, setiap tanggal 30 September instansi Pemerintah dan warga masyarakat, mengibarkan bendera setengah tiang.

Kalau dikaitkan dengan peristiwa G30S, maka pada tanggal 30 September 1965, para Pahlawan Revolusi masih dalam keadaan sehat walafiat.

Tragedi apakah gerangan, yang pernah terjadi pada tanggal 30 September, sehingga perlu diperingati dengan bendera setengah tiang? Mungkin ada yang bisa memberikan pencerahan? Demikian tanya pak Jacky Mardono disuatu milis yang saya ikuti.

Pada tanggal 30 September ya tidak ada tragedi apa2 yang perlu diperingati dengan bendera setengah tiang. Kalau tanggal itu kemudian diperingati ya sama aja bo’ong. Dan itu barangkali memang bo’ong. Nyatanya setelah era reformasi, setelah Pak Harto mengundurkan diri, Bendera Merah Putih setengah tiang pada setiap 30 September dan juga setiang penuh pada keesokan harinya tanggal 1 Oktober, tak lagi wajib dipasang di depan rumah. Tak ada lagi pemutaran film "Pengkhianatan G30S. Ya, setelah Reformasi segalanya menjadi terbuka…

Tahun 1965, pada tanggal 01 Oktober dinihari di Jakarta ada pembunuhan terhadap enam Jenderal, satu perwira, dan satu polisi. Di Yogyakarta ada pembunuhan terhadap dua perwira. Jadi, ada 10 korban jiwa. Tapi dalam hitungan 2-3 bulan setelah itu terjadilah pembantaian besar-besaran. Jadi bila adil mungkin pengibaran bendera “setengah tiangnya” nya bahkan harus sampai tiga bulan penuh. Lho?

Piye Jal?
Papilon.

Jumat, 25 September 2009

TEH HITAM, BIKIN Mr.P KERAS KEPALA

Papilon:
Pi, ini ada tulisan menarik tentang teh hitam, buah pena (buah keyboard?) Sdr. Dharnoto yang dimuat di majalah Intisari edisi September 2009. Semoga ini bermanfaat bagi para pembaca setia majalah elektronik Papyrus.

Judul: "TEH HITAM, BIKIN Mr.P KERAS KEPALA"

Rajin minum teh hitam diakui bisa mencegah dan mengobati diabetes mellitus sebab ia bisa berfungsi sebagai pengganti insulin. Dampak lanjutannya, tentu saja masalah gangguan ereksi dan ejakulasi bisa ikut membaik. Mirip kata pepatah, sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.

Kesegaran teh telah dikenal di China sejak 3000 SM, pada zaman kaisar Shen Nung. Sedang di Jepang merebak sekitar abad ke 12 - 14, pada masa Kamakaru. Rohayati Suprihatini, pada situs Pusat Penelitian Teh dan Kina, Bandung, menulis bahwa teh hitam merupakan jenis teh yang paling banyak diminum oleh bangsa2 di dunia. Dari total konsumsi teh dunia pada 2007 yang mencapai 3,4 juta ton, 69% nya berupa teh hitam.

Dibilang teh hitam lantaran warna daunnya menjadi hitam setelah teroksidasi. Padahal, saat diseduh warna airnya kemerahan, maka disebut juga teh merah. Hingga kini, diyakini teh hitam lebih teroksidasi dibandingkan dengan teh hijau, teh oolong, ataupun teh putih. Hebatnya, beda dengan jenis teh lainnya, rasa teh hitam bisa awet sampai beberapa tahun.

Harus muda dan utuh

Teh hitam dibuat dari pucuk daun teh segar, yang dibiarkan layu sebelum digulung. Lalu dipanaskan dan dikeringkan. Mengapa harus pucuk daun teh muda dan utuh? Karena masih optimal mengandung komponen bioaktif teh, yakni polifenol yang senyawa dominannya adalah catechin.

Menurut Archieve of International Medicine, kemampuan polifenol menangkap radikal bebas mencapai 100 kali lebih efektif dibandingkan dengan vitamin C dan 25 kali lebih efektif dibandingkan dengan vitamin E. Pusat Jantung Nasional RS Jantung Harapan Kita, Jakarta (RSJHK) juga pernah memaparkan hasil penelitiannya bahwa catechin dalam teh hitam mampu melawan penyakit degeneratif. Sedangkan senyawa theaflavin dalam teh merupakan senyawa antioksidan, antikanker, antimutagenik, dan antidiabetes.

Bagaimana kekuatan itu terbentuk? Dalam proses fermentasi yang dilakukan terhadap teh hitam, antioksidan catechin berubah menjadi theaflavin yang menyebabkan rasa teh hitam menjadi segar dan kemerahan. Setelah perubahan itu, sepak terjang theaflavin sebagai antioksidan setingkat bahkan lebih andal ketimbang catechin sendiri.

Pada 2003, Prosenjit dan Sukta membuktikan, daya sergap theaflavin terhadap radikal bebas lebih hebat dibandingkan dengan epigallo catehcin (EGCG), salah satu jenis catechin. Malah digunjingkan, theaflavin mampu meningkatkan antioksidan alami dalam tubuh. Satu hingga dua cangkir teh hitam per hari juga bisa menghambat penimbunan kolesterol sampai 46%. Sedangkan empat cangkir teh hitam berkhasiat menekan sampai 69%.

Berkah penderita diabetes

Teh hitam juga diyakini mampu menjadi sumber bahan pangan alami bagi para penderita diabetes, terutama dalam kapasitasnya untuk menaikkan aktivitas insulin. Penelitian Departeman Pertanian Amerika Serikat (USDA), yang dipublikasikan dalam journal Agric Food Chem 2002, menunjukkan kemampuan teh hitam dalam meningkatkan aktivitas insulin melebihi teh hijau dan teh oolong.

Bahkan, penelitian USDA’s Agriculture Research Service, Beltsville membuktikan teh hitam mampu menaikkan efektivitas insulin sampai 15 kali, sehingga teh hitam sangat bermanfaat untuk mengatasi diabetes dan berbagai komplikasi yang diakibatkannya, termasuk terjadinya katarak, impotensi, dan ejakulasi dini.

Penelitian Wang Dongfeng (1996) juga menunjukkan manfaat teh dalam mengobati diabetes. Hasil penelitian tersebut menyatakan kadar polisakarida (CTPS) pada teh berpengaruh nyata terhadap pengurangan gula darah dan meningkatkan kekebalan tubuh.

Polisakarida pada teh memiliki karakteristik sebagai berikut: berberat molekul 107.000; dapat terdegradasi pada pH antara 5,0 - 7,0; larut dalam air panas; dan tidak larut dalam pelarut organik.

Pada manusia sehat, teh hitam mampu menurunkan kadar gula dalam darah dan meningkatkan kadar insulin. Oleh karenanya, teh hitam mampu mencegah terjadinya penyakit diabetes mellitus pada mereka yang berisiko tinggi terkena, baik akibat faktor genetik maupun pola hidup, khususnya pola makan.

Pada Februari 2008, Aging Cell Journal menerbitkan hasil penelitian terbaru yang dilakukan para peneliti di bawah pimpinan Graham Rena, dari Neurociences Institute, Ninewells Hospital and Medical School, University of Dundee, Skotlandia. Dunia kesehatan terhentak oleh hasil studi ini. Disebutkan, theavlin dan tearubigin dari teh hitam dapat meniru kerjaa insulin dalam mengendalikan diabetes. Theaflavin yang diidentifikasi meniru kerja insulin tersebut adalah teaflavin 3 - O - gallate, theaflavin 3’ -
O - gallate, dan theaflavin 3,3’- O - gallate.

Membantu ereksi

Para diabetisi sepertinya memang bisa berharap banyak pada teh hitam. Begitupun penderita penyakit komplikasinya, seperti impotensi atau ejakulasi dini. Seperti diketahui Low Density Lipoprotein (LDL) adalah kolesterol jahat yang menumpuk di dinding pembuluh darah koroner atau otak. Gumpalan ini membutuhkan radikal bebas untuk mengubahnya menjadi karat lemak aterosklerosis. Karat lemak ini yang bakal menyumbat pipa pembuluh darah jantung, otak, ginjal, mata, atau organ tubuh lainnya.

Selain dapat mengakibatkan serangan jantung dan stroke, pada penderita diabetes mellitus karat lemak juga bisa menyumbat pembuluh darah yang amat kecil, seperti pembuluh darah mata dan organ vital lelaki. Maka, yang amat ditakuti kaum diabetesi adalah penyakit kebutaan dan disfungsi ereksi.

Nah, theaflavin menyokong terbentuknya pasukan antioksidan alami dalam tubuh. Antioksidan ini pula yang bergerilya menghambat oksidasi gerombolan kolesterol jahat itu. Akibatnya, gerombolan itu gagal membentuk karat lemak. Pasokan darah pun akan mengalir lancar tanpa gangguan sampai ke tujuan.

Penelitian terhadap “prajurit komando” theaflavin ini dilakukan beberapa negara dalam waktu berbeda. Di Rotterdam, Belanda, telah diobservasi peran theaflavin dalam menurunkan tingkat keparahan aterosklerosis aortic. Di AS, suatu studi di Boston membuktikan, mereka yang setiap hari minum secangkir teh hitam (200 - 250 ml) atau lebih, terancam resiko serangan jantung 50% dibandingkan dengan yang tidak minum teh.

Orang Jepang tak mau kalah. Seribu orang mengaku, kadar kolesterol di tubuh mereka semakin berkurang ketika semakin sering menenggak the. Bahkan, pakar neurology Toholu University School of Medicine, Dr. Yoshikazu Sata, menekankan pentingnya antioksidan dalam menjaga kesehatan pembuluh darah dan mencegah stroke. Pendapat ini diperkuat Dr. Ralph Sacco dari Nothern Manhattan Stroke Study di Columbia Presbyeterian Medical Center, New York. Ralph menyatakan, teh hitam mampu mencegah penyumbatan arteri.

Jika pembuluh arteri telah bebas hambatan, apa manfaatnya bagi para lelaki? Berarti darah dengan lancar mengalir dari arteri pudenda interna menggelontor masuk ke tiga bagian dari penis, yakni korpus kavernosa kiri kanan dan korpus spongiosum. Yang ke korpus kavernosa kiri kanan masuk melalui arteria kavernosa atau arteria bulbouretralis. Dengan lancarnya aliran darah itu, lancar pula proses ereksi Mr. P.

Arteria yang memasuki korpus kavernosa lalu bercabang cabang menjadi arteriol2 helicina yang bentuknya berkelok kelok pada saat penis lembek atau tidak ereksi. Pada keadaan ereksi, arteriol artertiol helicina mengalami relaksasi atau pelebaran pembuluh darah, sehingga aliran darah bertambah besar atau cepat, kemudian berkumpul di dalam rongga2 lakunar atau sinusoid. Rongga sinusoid membesar sehingga terjadi ereksi.

Penulis: Dharnoto, di Tangerang
Intisari September 2009.


Komentar Papi Iss
Terlepas dari bener apa tidak, kan sudah disebut sumbernya Intisari.
Jadi kalau udah dimuat majalah beken, ya boleh 80% percaya gitu. Alias bukan isapan jempol. Jempole dewe dewe lho. dan bukan Mr P lho.

Rabu, 23 September 2009

MAS HARNO, MASKU, CINTAKU

Pengantar:
Ini tulisan bu Harno, seorang ibu yang kini telah berusia senja, 76 tahun, tentang kenangan indahnya kala mengarungi hidup bersama almarhum pak Harno, suami, kekasih hati, cinta pertama dan cinta terakhirnya. “Meski kini ibu merasa hidup sendirian, namun dengan kekuatan cinta yang ditinggalkan oleh bapak, hidup ini lebih indah untuk dinikmati” demikian ibu mengatakan.
“Ah, ibu. Tetap semangat, nggih bu…”


MAS HARNO, MASKU, CINTAKU
Oleh: L. Sumaryati Soeharno

Kisah ini adalah kisah sedih dimana suamiku menghadapi saat menjelang ajalnya. Bulan itu bulan Mei dimana setiap bulan ini aku selalu merasa berkecil hati dan sendirian. Dunia ini rasanya sepi. Sering aku merasa putus asa menghadapi semua ini.

Disaat menjelang akhir hayatnya, aku merasakan cintanya kepadaku semakin mendalam. Seakan akan dia merasa berat akan meninggalkan dunia ini. Terlebih akan meninggalkan aku. Aku merasakan hal ini.

Betapa tidak, sudah 46 tahun aku dan dia memadu kasih. Suka maupun duka kami lalui bersama. Kita besarkan anak2, kita jadikan mereka semua manusia yang berguna untuk sesama umat.

Besar pengorbanan suamiku untuk terwujudnya rumah tangga yang bahagia. Apa saja dia lakukan tanpa mengenal lelah. Dalam sakitnyapun dia masih sering memikirkan anak2. Untung pada saat itu anak2 sudah dapat menyelesaikan kuliahnya dan keempat anakku telah berumah tangga, bahkan semua telah dikaruniai anak, sehingga kita telah menjadi kakek dan nenek. Kukenang kembali saat2 dia masih dalam keadaan sehat.

Sebagai suami dia adalah seorang suami yang baik, yang sangat sabar menghadapi istri. Dia tidak pernah marah, segala persoalan dia selesaikan dengan penuh kesabaran, dan dia adalah seorang pemaaf. Apapun kesalahanku, betapa besar kesalahanku, namun dia selalu memberikan maaf kepadaku. Alangkah lapang hatinya. Dan dia selalu berusaha menyenangkan hatiku.

Untuk memberi kesempatan kepadaku supaya dapat ke luar negeri, dia memperbolehkan aku mengunjungi kakakku di Amerika. Tidak hanya sehari dua hari aku di Amerika, bahkan sampai ½ tahun aku di sana karena kakakku sedang sakit.

Banyak pengalaman yang aku dapat di sana, momen itu tidak aku biarkan berlalu begitu saja. Aku menimba pengalaman di negeri orang. Aku dapat mencari uang dengan bekerja part time.

Hal2 lucu, menyedihkan dan menyenangkan sering aku jumpai dalam hidup sehari hari. Itulah suamiku yang merelakan istrinya pergi untuk dapat melihat negeri orang. O, alangkah mulia hatinya. Dibiarkannya aku mengenyam kebahagiaan di negeri orang sambil mencari uang.

Suamiku masih memberi kesempatan kepadaku untuk menemani adikku yang bekerja di Kedutaan di Bangkok. Ini juga tidak terjadi sehari dua hari. Enam bulan aku di sana, sampai suamiku datang untuk menjemputku pulang ke Yogya. Demikian mulianya hati suamiku, walalupun sebetulnya pada saat itu dia juga sudah dalam keadaan sakit2 an, namun dia masih memikirkan kesenanganku. Maka aku harus dapat membalas kebaikannya.

Disaat dia dalam keadaan tak berdaya karena sakit gula yang menggerogoti badannya, aku harus dapat menolongnya. Aku harus dapat membantu dia dalam segala hal. Untung suamiku orangnya cukup pengertian. Dia tidak manja dan juga tidak rewel.

Disaat terakhir hidupnya, dia ingin menikmati kehangatan di dalam rumah sendiri. Dia ingin bersama keluarga disaat terakhirnya. Itulah sebabnya dia tidak mau masuk rumah sakit, walaupun dokter menganjurkan untuk diopname. Kulayani dia dengan sepenuh hatiku, tiap hari sebelum makan aku harus menyuntik insulin terlebih dahulu.

Oh, alangkah menyedihkan keadaanmu. Kau tergolek tanpa daya dan tenaga. Seandainya dapat ditukar ingin aku menggantikan engkau menanggung penderitaanmu, namun apa daya semua sudah menjadi kehendak yang maha kuasa.

Namun Tuhan berkehendak lain. Setelah melalui bermacam penderitaan Tuhan berkenan untuk melepaskan engkau dari penderitaan yang menyiksamu. Dengan penuh kasih Tuhan memanggilmu. Selesailah sudah penderitaanmu di dunia ini, dan kau telah bahagia di sisi Nya.

Dengan senyummu kau tinggalkan semua orang yang mencintaimu. Namun aku ikhlas, aku rela melepaskanmu, walaupun dengan berat hati, karena itu berarti engkau telah terlepas dari segala penderitaan.

Aku percaya walaupun engkau telah berada di alam lain, namun engkau tetap hidup di hatiku dan menemaniku senantiasa. Engkau masih dapat melihat aku dan aku masih merasakan kehadiranmu di sisiku. Aku masih dapat curhat kepadamu, walaupun itu hanya imajinasiku.

Dalam kesendirianku aku masih harus berkutat dengan duniaku untuk mempertahankan hidupku, supaya aku masih dapat melihat cucu2 ku dapat menyelesaikan kuliahnya.

Namun puaskah aku sampai di sini? Tidak aku masih harus mempertahankan hidupku ini lebih lama, supaya aku dapat menyaksikan cucu2 ku membina keluarga. Dari 8 cucuku baru 2 orang yang telah berkeluarga dan dikaruniai anak. Semua ini harus aku perjuangkan seorang diri, supaya aku tetap sehat, tetap bahagia menapak hari2 sepanjang sisa2 hidupku.

Dan seandainya semua ini dapat terlaksana, oh alangkah bahagianya aku. Dan aku pasrah seandainya Tuhan kelak memanggilku. Kuserahkan jiwa ragaku kepada Nya. Karena selesailah tugasku di dunia ini.

Demikianlah kuakhiri cetusan hati seorang ibu yang merasa hidup sendirian, namun dengan kekuatan cinta yang ditinggalkan oleh suaminya, hidup ini lebih indah untuk dinikmati.


Yogyakarta 21 Juni 2009
Pada hari ultah dan pesta nama
Almarhum suamiku, Aloysius Soeharno.
Semoga diapun bahagia di sana.

Kisah cinta "jadul"


SURAT CINTA KERTAS MERANG
Pengantar:
Ini adalah kisah cinta dari seorang wanita, ibu saya yang sangat saya hormati. Kisah ini ditulis sendiri oleh beliau sejak bapak wafat sekian tahun lalu. Meski kini beliau hidup sendirian namun dengan mengembangkan seluruh kenangan indah dan segenap rasa cintanya terhadap bapak, kekasihnya, ibu berhasil melewati hari2 nya dengan tetap bersemangat serta tetap bergairah.


Dan inilah corat coret kisah cinta "jadul" ibu 76 tahun itu.

Judul: “SURAT CINTA KERTAS MERANG”
Oleh: L. Sumaryati Soeharno

Catatan ini adalah pindahan dari buku harianku yang kutulis pada waktu aku harus meninggalkan rumahku yang sangat aku cintai. Aku terpaksa meninggalkan rumahku Kemetiran Kidul 51 (karena suatu sebab), rumah yang telah kutempati sejak bulan Juli 1949.

Dan ini juga merupakan catatan flash back, dimana kami sekeluarga, Bapak/Ibu, mbak Mur, mbak Sur dan adik2 pindah dari Morangan ke rumah yang baru di Kemetiran Kidul 51. Rumah yang sudah tidak asing lagi bagi kami sekeluarga, karena rumah ini adalah rumah eyang kami dari pihak ibu, dimana ibu tinggal di sini sewaktu masih kecil…

Bertahun kami tinggal di sini. Suka dan duka sebagai gadis remaja kulalui. Hari demi hari kulalui, membawa kenangan manis sebagai gadis remaja…

Aku telah mengenal cinta, pada waktu aku pindah dari Surabaya. Aku bersekolah di SMP Marsudi Rini di Bintaran. Dan jejaka yang telah memikat hatiku adalah seorang pemuda yang sangat sederhana dan tekun menjalankan kewajibannya. Aku mengenal cintanya sejak bulan Juli 1948. Usiaku 15 tahun pada waktu itu. Usia yang masih sangat muda bagi ukuran seorang gadis remaja.

Waktu itu aku seperti biasa naik KA dari Medari ke Jogya bersama dengan kedua kakakku dan seorang adikku. Sekolahku ada di belakang gereja Bintaran. Setiap hari aku harus naik KA pp. Dari stasiun Tugu harus berjalan kaki ke Bintaran. Pada waktu itu belum banyak kendaraan. Pulang sekolah masih harus jalan kaki ke stasiun Lempuyangan, dilanjutkan naik KA ke Medari yang berjarak sekitar 15 km. Dari stasiun Medari masih harus jalan kaki ke rumah, yaitu di dusun Morangan. Demikian kami lalui setiap hari.

Entah apa yang kupikirkan pada waktu itu, seorang jejaka datang menghampiriku, sambil memberikan sepucuk surat yang disisipkan ke dalam buku tulisku yang dipinjamnya sehari sebelum itu, Sampai di rumah baru aku baca dan isinya sungguh mengejutkan hatiku.

Walaupun surat itu ditulis di kertas merang yang hijau dan sungguh sangat sederhana, namun surat tersebut merupakan momen yang penting di dalam hidupku, karena semenjak aku menerima surat itu hatiku berubah. Aku merasakan sesuatu yang asing, sesuatu yang tidak aku mengerti. Apakah ini yang dinamakan cinta? Hatiku rasanya rindu selalu ingin bertemu.

Sejak surat itu kuterima, aku merasa menjadi kekasihnya. Setiap hari kami naik KA bersama. Dicarikannya aku tempat duduk di kereta dan tak ada seorangpun yang berani mengganggunya.

Ada peristiwa yang sangat lucu yang terjadi pada waktu aku masih kecil dan belum mengenal dia, tetapi dia tahu siapa aku, karena aku adalah putri kepala sekolah dimana dia belajar.

Waktu itu aku masih duduk di kelas 2 SR dan dia kelas 4. Pada waktu akan pulang, aku harus menyeberang jalan besar. Saat itu tanpa sengaja ada seorang polisi yang menunjang aku, ketika aku baru saja akan menyeberang jalan. Tanpa ampun jatuhlah aku di tengah jalan dan tanpa ampun dan tanpa belas kasihan ditinggalkan aku dalam kesakitan. Aku bangkit dan terus berlari pulang.

Momen tersebut tak luput dari pandangan pemuda tersebut. Sejak saat itu walaupun masih sama2 kecil, namun perhatiannya selalu ditujukan kepadaku, seorang gadis malang tersebut.

Beberapa bulan kemudian aku harus pindah ke Surabaya mengikuti tanteku yang tidak dikaruniai seorang putrapun, sedangkan orang tuaku pada waktu itu dikaruniai 11 orang putra. Lepaslah si gadis kecil dari pandangannya. Dia merasa kehilangan, tak tahu kemana harus mencari.

Dia tunggu2 sampai 2 tahun. Akhirnya aku pulang ke Jogya karena di Sby sudah tidak aman. Bahkan Sby menjadi ajang pertempuran dengan belanda. Tentu saja aku sudah bukan sebagai gadis kecil lagi, tetapi aku sudah menjadi gadis imut2.

Kini aku kembali ke desaku di Morangan, terpaksa aku sekolah di Jogya dengan naik KA. Namun pada waktu itu aku belum mengenalnya sama sekali.

Bulan berganti tahun, seiring dengan perjalanannya waktu, maka aku sudah menjadi gadis remaja yang katanya aku tidak jelek2 amat. Hidupku sebagai gadis tidak berada di dalam kecukupan karena kami bersaudara banyak dan bapakku hanyalah seorang guru sekolah menengah pertama.,

Sebagai gadis sebetulnya aku juga ingin mendapatkan apa yang menjadi keinginanku. Tetapi karena orang tuaku tidak mampu memanjakan kami, maka kami hanya dapat pasrah dengan apa yang kami terima.

Keadaaan pada waktu itu sangat sulit karena dalam waktu transisi antara pemerintah Jepang, Belanda dan Indonesia. Sebagai anak yang telah beranjak dewasa, kami merasakan betapa orang tua kami bersusah payah mencarikan nafkah untuk menghidupi kesebelasannya. Namun kebahagiaan itu tidak selamanya kami rasakan.

Clash kedua tahun 1948 memisahkan kita berdua. Kami terpaksa mengungsi jauh ke pedalaman yaitu di desa Jabung Gawar, dimana nenek kami dari ayah tinggal di sana. Sedangkan pemuda yang menjadi tambatan hatiku pindah ke desa Kalangan.

Tetapi karena keadaan gawat pada waktu itu, terpaksa kami tidak dapat bertemu sekitar 6 bulan. Kami tidak melihatnya. Pada hari raya Paskah tahun berikutnya aku melihatnya, namun karena banyaknya umat yang hadir di sana untuk mengikuti misa Paskah, sehingga kami tidak dapat berkomunikasi. Kami hanya dapat saling pandang dari kejauhan. Namun itu cukup untuk mengobati rinduku. Sebetulnya ingin sekali aku menyapanya, namun keadaan yang memaksa kami harus berpisah kembali.

Sesampai di rumah kubaca kembali surat pertama yang aku terima beberapa bulan yang lalu, isinyapun sudah hafal di luar kepala. Dan tak akan kulupakan seumur hidupku. Kata2 itu sudah terpatri dalam hatiku. Beginilah bunyinya:

Sungguhkah kau dihampiri
Menusuk di hati sanubari
Asmara muda teruna
Rayuan hati nan gundah gulana.

Demikianlah isi surat tersebut. Surat itu inisial dari nama depanku, SMAR. Oh betapa rindunya aku ingin menyapamu. Namun keadaan juga yang memisahkan kita. Terkenang kembali saat kita bahagia dulu. Setiap hari selalu dapat bertemu, sehingga aku dapat bermanja2 kepadanya.

Saat kami berdua berdiri di belakang stasiun, sambil menantikan KA dari barat yang akan meluncur dan berbelok di tikungan dan akhirnya berhenti di stasiun. Kami berdua naik sambil bergandengan tangan. Demikianlah setiap hari kami lalui berdua.

Kukenang juga saat indah waktu kami berdua nonton layar tancap di alun2 Morangan. Rasanya waktu itu dunia hanya milik kita berdua, walaupun sebetulnya alun2 itu penuh sesak dengan manusia. Kau gandeng tanganku lalu kau genggam dalam dekapanmu. Hati rasanya berbunga2. Ada rasa hangt menjalar di sekujur tubuhku. Itukah yang dinamakan cinta?

Sejak saat itu, tidak pernah kita berpisah. Setiap hari kita selalu berjalan bersama. KA Jogya Medari yang menjadi saksi kisah cinta kita. Sering KA tidak berangkat karena kekurangan bahan bakar, maka terpaksa kita jalan kaki ke sekolah.

Perjalanan jauh yang haruus kita tempuh, namun tidak menjadikan kita putuu asa, maupun mematahkan semangat kita untuk belajar. Justru karena itu merupakan dorongan bagi kita untuk menempuh ilmu. Masih teringat dengan jelas pada suatu ketika kita berkencan untuk naik sepeda berboncengan ke sekolah. Pada waktu itu masih jarang orang punya sepeda. Namun dia berhasil membujuk ayahnya untuk meminjamkan sepedanya.

Jadilah kami pagi2 berboncengan sepeda ke sekolah. Bangga rasanya aku membonceng orang yang sangat kukasihi. Namun kebahagiaan itu tak berjalan lama. Baru sepertiga jalan kami bersepeda, Kira2 baru sampai di Beran, kami bertemu dengan kakaknya yang baru pulang piket di Jogyakarta. Tanpa ampun diia minta sepedanya dan terpaksa kami mengalah karena kami merasa lebih muda. Ternyata jalan kaki berdua juga sangat menyenangkan…

Poniyem alias Yeni, Wagiyem alias..., Tetty


Tak hanya sebagai nama pasar, nama Jawa asli itu, pon, legi, wage, paing, banyak juga dipakai untuk menamai anak orang. Dulu, nama seperti ini bukan barang langka, Ponirah, Ponijan, Wagiyo, Wagiyem, Legirah, Paimin, Paiman, Paijo dll.

Tentang nama asli Jawa ini, papi Rayhard di majalah Papyrus berkomentar begini:
Sekurangnya kita sekarang tahu kalau Wage, Kliwon, Legi, Pahing dan Pon adalah kata Jawa asli, dan itulah yang membuat nama banyak orang Jawa : Wagiman atau Wagimin, Legiman atau Legimin (?), Paiman atau Paimin, Paijan, Poniman ataupun Ponimin.

Tapi lha kok Kliwonman atau Kliwonmin ataupun Kliwoniyem nggak ada ya? Mungkinkah "n" dan "m" jarang ditemukan bersama-sama? Juga, apakah Kliwon kurang mentereng? (Memang saya pernah mendengar nama orang "Kliwon", tapi tanpa embel2 “man” atau “min”).

Dan kenapa gadis Jawa sekarang ini tidak lagi memakai nama2 asli seperti itu, tetapi malahan memilih nama Tetty, Titiek, dsb? Mangkali malu ah, penyanyi huebat kok namanya Paijem!! Mungkinkah ada tendensi bahwa orang "malu" akan keasliannya?

Ya..., itulah komentar papi Ray yang sekarang bermukim di Australi.

Piye Jal?

LAMPU BANGJO JADUL


Jaman dulu (jadul), lampu bang jo (abang ijo) pengatur lalu lintas di perempatan jalan modelnya kayak di gambar ini. Pak polisi berdiri tengah2 prapatan, di bawah payung sembari mengendalikan handel pengatur tanda, berhenti atau mati, e.., berhenti atau silahkan jalan.

Di kemudian hari, payung pengatur lalu lintas itu digantikan perannya oleh lampu bang jo, lampu lalu lintas merah kuning hijau. Kalau tidak mengidap buta warna, kita orang wajib berhenti dikala lampu bang jo menyala merah.

Gitu deh...

Jamu, jamu…, jamune mas


Hingga sekarang masih bisa kita temukan mbak2 penjual jamu gendong. Rata2 mereka berpenampilan lumayan, sehat, singset. Memang mesti begitu, penampilannya ngiras promosi, khan yang dijual jamu untuk kesehatan dan untuk kecantikan luar dalam. Ada jamu galian singset, jamu sari rapet, beras kencur dsb. Ya, tradisi minum ataupun meracik jamu memang lekat dengan kehidupan masyarakat Jawa.

Ibu saya hobi minum jamu. Meskipun rasanya pahit, tapi beliau tenggak juga jamu pahit itu dengan enaknya, tanpa ragu. Sementara saya pilih beras kencur, jamu yang rasanya manis. Dulu, jamu itu disajikan di wadah serupa cawan terbuat dari batok kelapa, unik sekali.

Selain di gendong dibawa jalan2, ada juga jamu yang dijual menetap, di warung jamu. Di Jogja ada lho warung jamu yang kondangnya sudah sejak dari dulu, namanya Warung Jamu Ginggang. Tak sulit menemukan warung kecil di sudut jalan daerah Pakualaman itu, karena hampir sebagian warga Jogja mengenalnya. Inilah satu-satunya "resto jamu tradisional" yang ada di Jogja dan sudah berdiri sejak tahun 1925. Pengin tehe kisahnya?

Begini storinya. Pada mulanya, berbagai ramuan minuman kesehatan tradisional berbentuk jamu berlabel Jamu Ginggang itu diracik oleh seorang pembuat jamu di lingkungan Kraton di jaman Pakualam ke VI. Mbah Joyo, tukang jamu itu, biasanya meracik jamu spesial untuk dikonsumsi raja dan keluarga. Mbah Joyo memakai cara tradisonal untuk membuat jamu itu seperti menggodok dalam air untuk jamu godogan atau menggunakan piranti seperti lumpang, pipisan, parut, kuali dan sebagainya untuk jenis jamu lainnya.

Jamu itu memang berkhasiat, sehingga pihak “Ndalem Pakualaman” menyarankan mbah Joyo agar menjual jamu racikannya itu ke luar kraton. Jadilah kemudian jamu itu dijajakan keliling untuk masyarakat umum di luar tembok Pakualaman dan diberi merek dagang Tan Ginggang, dari asal kata: tansah tidak renggang, bermakna harapan agar supaya tetap erat hubungan antara kraton dengan jamunya. Jamu racikan mbah Joyo itu masih terus dijajakan dengan cara berkeliling sampai usaha tersebut dikelola oleh Birowo, penerusnya, hingga akhirnya Puspomadio, penerus Birowo memutuskan untuk berjualan secara menetap dan menghilangkan kata Tan di depan nama Ginggang.

Saat ini Jamu Ginggang yang merupakan usaha keluarga turun temurun masih tetap berusaha mempertahankan keaslian rasa serta khasiat jamunya dengan tetap menggunakan resep yang ditemukan oleh Mbah Joyo. Kini, Jamu Ginggang yang memiliki tiga produk unggulan yaitu jamu bubuk, jamu segar dan jamu godok masih dikelola oleh para keturunan Mbah Joyo.

Jamu, jamu…, jamune mas! Yang pahit, yang sedep, yang rapet, yang lemu.Lho? Ya..., mbak2 penjual jamu itu memang gemar bercanda..., biar larisss.

Gitu deh...

Gembira Loka, cinta monyet


Gembira Loka itu nama kebun binatang di sebelah timur kota Jogja. Ditilik dari namanya, gembira loka, tempat itu tentunya tempat yang menggembirakan, baik bagi kita pengunjungnya maupun bagi para penghuninya, gajah, kancil dan cs nya.

Ada kurang lebih 190 jenis binatang, 200 koleksi tanaman serta memiliki 20 unit aquarium air tawar dan laut, di sana. Dengan berbagai fasilitasnya itu, taman wisata ini kerap dijadikan ajang pendidikan bagi banyak keluarga. Selain itu, Gembira Loka juga dilengkapi berbagai fasilitas wisata keluarga, seperti perahu angsa di danau buatan ataupun tempat bermain bagi anak-anak. Pada momen-momen tertentu, tempat wisata ini juga menyelenggarakan berbagai atraksi pertunjukan seperti pergelaran musik ataupun atraksi hiburan lainnya. Dari jaman dulu (jadul) emang begitu.

Yang asyik pacaran di dekat kandang monyet juga ada. Monyet di sebelahnya sudah pada maklum dan cuek saja. “Ah…, cinta monyet” begitu kira2 pikirnya.

Gitu deh…

PIRING PINCUK


Di antara sekian banyak bahan kemasan modern yang saat ini digunakan ternyata masih ada kemasan berbahan daun, yang masih tetap bertahan. Keberadaan kemasan tradisional ini merupakan suatu fenomena yang patut diperhatikan, sebab ternyata kemasan daun memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dipunyai oleh kemasan kertas ataupun plastik.

Kemasan daun ini unik. Tidak jarang jenis makanan tertentu bisa kita bedakan dari yang lain bukan melalui rasa tapi melalui cara mengemas dan bentuk kemasannya. Contohnya, lontong segera bisa dibedakan dari kue nagasari, padahal keduanya memanfaatkan bahan kemasan yang sama yakni daun pisang.

Daun pisang lah yang sering dipakai untuk mengemas. Zat lilin yang melapisinya membuat daun pisang itu dapat menampung hidangan berkuah kental. Daun pisang pun memberi aroma sedap pada masakan jika kita menuangkan makanan panas di atasnya. Cara membuatnya pun praktis, hanya bermodalkan daun pisang serta biting sebagai piranti sematnya. Selain daun pisang, daun jagung , daun kelapa, daun enau , daun jambu air dan daun jati kerap juga dipakai.

Nyantap sego pecel, lotek, ataupun sego gudeg pakai piring pincuk dan sendok suru…, ah, pancen unik! Semoga kemasan daun yang ramah lingkungan itu panjang umur!

Gitu deh…

Telegraph


Mau bilang apa? Ditdit dahdah atawa ditdah ditdah. Ya, itulah cara telegraph bicara, pakai bahasa/kode Morse.

Kode morse (ditemukan tahun 1836 oleh Samuel F. B. Morse dan Alfred Vail) merupakan salah satu cara untuk encoding (menyandikan) karakter yang biasanya digunakan dalam transmisi informasi telegrafik. Kode ini menggunakan rangkaian yang sudah distandarisasi elemen pendek dan panjangnya untuk merepresentasikan huruf, angka, tanda baca, dan karakter khusus untuk membuat pesan. Elemen pendek dan panjang tersebut dapat dibentuk dengan suara, tanda atau gelombang, on-off keying (semacam saklar nyala-mati) dan umumnya diketahui sebagai "dot" dan "dash" atau "dit" dan "dah".

Kode Morse Internasional tersusun dari 5 elemen:
1. tanda pendek, dot atau 'dit' (.) - panjang 1 satuan
2. tanda panjang, dash atau 'dah' (-) - panjang 3 satuan
3. pemisah intra-karakter (antara dot dan dash dalam 1 karakter) - panjang 1 satuan
4. pemisah pendek (antar karakter/huruf) - panjang 3 satuan
5. pemisah sedang (antar kata) - panjang 7 satuan

Kode morse ditransmisikan hanya dengan 2 tetapan (on dan off) sehingga dapat dikatakan bahwa kode morse adalah bentuk awal dari kode digital.

Gitu deh...

Bis Surat nan merana


Bis surat ini segera bakal jadi sekedar barang pajangan di pojokan jalan, atau malah mungkin akan dibongkar. Nasibnya kian merana, tak lagi sering digunakan. Pintunya juga tak lagi berkunci. Kini orang tak lagi berkirim surat, cukup SMS an via handphone.

Gitu deh...

GALERI ANTIK SERBA JADUL

“GALERI ANTIK SERBA JADUL” Jaman boleh berkembang, kita boleh menua, tapi kenangan akan segala sesuatu di jaman dulu, janganlah sirna.

Ya, itulah judul dan slogan dari blog yang saya buat bulan Pebruari 2009 lalu.
Blog itu menampilkan aneka cerita dan aneka benda yang di jaman dulu (jadul), pernah sangat populer atau pernah terpakai di hidup keseharian kita2, namun sekarang sudah atau nyaris hilang tertelan oleh kemajuan jaman. Beberapa isinya nanti akan tampil di blog mbah kakung ini.

Alamatnya ada di:
http://serbajadul.blogspot.com/

Indonesia, Smoking Area

Indonesia…, Smoking Area. Ya, itulah julukan yang kayaknya pas buat negeri ini, di saat ini. Julukan itu terlintas begitu saja di benak setelah saya selesai membaca artikel yang dibuat oleh teman2 di Seputar Larangan Merokok.

Sebagai smoking area, maka pantaslah kalau segala bentuk larangan dan himbauan untuk “no smoking” kemudian tidak digubris…, oleh siapapun. (Kalaupun menggubris, itu sekedar basa basi lantaran “kagak enak ame tetangge”).

Masyarakat bukannya tidak mengerti bahwa rokok dan merokok itu tidak sehat, masyarakat sangat tahu akan hal itu. Tapi boleh jadi mereka berpikir, apa salahnya menikmati rokok, menikmati kesenangan kecil, ditengah kehidupan yang sangat getir ini. Ya, sekarang kehidupan memang masih serba sulit dan getir. Ini tak bisa disangkal.

Oleh karena itu prioritas menyehatkan bangsa bukanlah pada mengenyahkan rokok yang “pait ning karem” itu, melainkan harus kepada upaya bagaimana mengenyahkan kegetirannya; kegetiran yang masih saja menyelimuti kehidupan masyarakat dan yang yang sungguh menyesakkan dada.

Ketidak adilan, kesewenang wenangan, pemerasan, penindasan, sikap feodal, korupsi dsb., adalah kegetiran yang mematikan. Itu semua jauh lebih beracun, berbahaya dan “nggilani” daripada sekedar rokok.

Pada saatnya nanti rokok tentu akan mendapat giliran diurus. Tapi itu nanti...

Gitu deh...

Pipa Filter Sigaret, solusi merokok sehat

Salah seorang sahabat pena, menulis: “Ayahku meninggal karena kanker disebabkan oleh kegemarannya minum rokok”. Tulisan itu telah merangsang saya untuk kemudian memikirkan adakah cara minum rokok yang aman? Dan untuk menemukan jawabannya, saya gelar beberapa informasi, data dan fakta yang terkait seperti dapat kita pelajari bersama di bawah ini. Dan ternyata dari info yang secuil itu kita sudah bisa menemukan apa yang kita cari, yaitu solusi untuk merokok dengan lebih safe, lebih aman.

Jampi stress dan bikin rilek, itulah antara lain alasan untuk tetap merokok yang kerap terlontar dari bibir para perokok. Walau dihadapkan dengan 1001 macam bahayanya, tetap saja perokok klepas klepus…, ngrokok. Dan kitapun perlu memaklumi, karena bagi yang kadung cinta rokok, tentulah tidak mudah untuk menceraikannya, untuk berhenti merokok.

Kita bisa memaklumi alasan para perokok, namun dibalik itu muncul keprihatinan yang mendalam, terutama kalau melihat cara perokok Indonesia merokok rokok kretek yang dibuat secara manual dan tradisional, yakni tanpa dipasangi filter. Bagaimana tidak, batang rokok2 kretek itu langsung diselipkan dibibir, disulut dan diisap begitu saja…, sap sap saaaap. Ya, rokok kretek non filter, rokok kretek tanpa filter penyaring tar itu diisap dalam2 dengan penuh semangat, saban hari sejak dulu hingga nanti.

Tar atau biasa juga disebut “lelet” itu sendiri merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan bisa menempel dimana mana termasuk diparu-paru dan bisa bikin penyakit ini dan itu. Dengan mudah kita bisa melihat seperti apa rupa tar itu. Jari2 tangan perokok yang menguning semu coklat, gigi yang menguning, lidah yang kecoklatan dan bibir yang tidak lagi berwarna segar tapi berwarna sawo bosok, itu semua adalah gara2 tar. Dan pada tar itulah terutama terkandung bahaya besar dari rokok. Itu kata para dokter yang memang terkenal pinter2.

Tapi lain kata dokter lain pula kata perokok Indonesia. Bagi sebagian perokok Indonesia justru tar atau lelet itulah yang dianggap dan dipandang sebagai sari nikmatnya rokok, menjadi sebangsa candunya rokok. Ini tidak bohong, pendapat seperti ini saya dengar langsung dari beberapa perokok kretek. “Rokok telanjang beginian enak mas. Kalau pakai filter jadi kurang berasa, kurang mantab gitu loh…” kata mereka.

Padahal di negara maju, seperti di Amerika dan Eropa misalnya, semua perokok sudah biasa merokok dengan menggunakan filter pengaman. Mereka melakukannya sudah sejak 60 tahun lalu. Dengan memakai filter, mereka merasa lebih aman untuk merokok karena sebagian besar tar yang berbahaya bagi kesehatan itu bisa tersaring. Dan tentang filter itu mereka punya pengalaman serta kesaksian: ”Filter, cut the tar…, keep the taste” Atau juga:”Reduce tar without reducing taste”. Ya, mereka telah membuktikan bahwa filter rokok berhasil berfungsi memerangkap sebagian besar tar tapi tidak terlalu mempengaruhi aroma dan rasa rokok.

Tak bisa dibantah, rokok kretek memang terkenal di Indonesia, banyak sekali penggemarnya. Dan rokok kretek ini di produksi oleh pabrik2 rokok berskala raksasa.. Ya, mereka memproduksi rokok jenis ini yang dikenal pula dengan julukan Sigaret Kretek Tangan atau SKT, maksudnya sigaret kretek yang dibuat bukan oleh mesin pelinting otomatis melainkan oleh tangan para buruh linting. Industri SKT ini merupakan industri padat karya, menyediakan lapangan pekerjaan bagi jutaan tenaga kerja Indonesia, sehingga dipelihara dan juga dimanja oleh pemerintah. Sayangnya, sigaret kretek tangan ini, entah karena alasan apa, dibuat tak berfilter alias non filter. Dan dengan kekuatan iklannya, perusahaan2 besar itu mempersilahkan jutaan penggemarnya untuk mengkonsumsinya…, begitu saja. Ini membuat kesan bahwa para produsen rokok itu, yang kini pemiliknya menjadi orang2 terkaya, sungguh2 tidak peduli atas keamanan produknya dan tidak peduli pada kesehatan konsumennya. Dipikirnya, dengan memasang kolom peringatan akan bahayanya merokok, itu saja sudah cukup. Dan kita yang mengamati hal itu menjadi sebal: “Ini apa2 an? Emangnya tidak ada cara bagaimana membuat produk rokok kretek yang meskipun dibuat tak berfilter namun tetap aman untuk dirokok?”

Ah, sudahlah barangkali mereka kelewat sibuk menghitung laba. Dan kalau mereka enggan memikirkannya, ya kita sajalah yang mencoba mencari solusi, mencari jalan bagaimana caranya agar rokok dan merokok itu bisa lebih aman. Gitu aja kok repot…

Dan inilah hasil pemikiran yang semoga dapat menjadi solusi.
Menurut saya, sigaret kretek non filter buatan tangan itu akan lebih aman dikonsumsi jika perokok menggunakan PIPA FILTER SIGARET.

Benda itu bukan benda asing bagi saya. Selama ini Pipa Filter Sigaret itu sudah saya kenal, bahkan juga sudah saya pasarkan lewat Warung Mbako Tingwe, namun masih dalam kategori sebagai asesoris rokok saja.

Tapi sekarang, setelah mengenal dengan lebih baik duduk perkaranya, saya harus katakan bahwa PIPA FILTER SIGARET itu bukan lagi sekedar asesoris rokok belaka melainkan sudah harus menjadi “Barang Kebutuhan Pokok Bagi Perokok!” Dan sama halnya dengan seseorang yang kecanduan rokok, tidak bisa lepas dari rokok, Pipa Filter Sigaret Sigaret inipun harus bisa menjadi sahabat setia bagi para penggemar rokok Indonesia.

Memang sih, bukan soal mudah untuk dapat mensosialisasikan penggunaan Pipa Filter Sigaret ini, namun tetap saja saya terpanggil untuk melakukannya sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama rekan perokok.

Dan siapa yang nyana, ternyata dibalik kata “kepedulian” itu tersembunyi pula “potensi bisnis Pipa Filter Sigaret”. Ya, bisnis Pipa Filter Sigaret ini sangat potensial untuk dapat dikembangkan menjadi besar, yaitu ketika semua perokok atau sebagian besar perokok sudah bersedia menggunakannya demi keamanan merokok.


Gitu deh…
(Setelah hadir “Warung Mbako Tingwe” untuk solusi merokok hemat atau save smoking, segera bakal dihadirkan “RUMAH PIPA FILTER SIGARET” untuk solusi merokok aman atau safe smoking. Begitu kira2…).

MBAKO TINGWE, Solusi Merokok Hemat


Ini adalah artikel yang dibuat oleh Majalah DUIT, meliput tentang warung Mbako Tingwe yang mbah kung selenggarakan sejak beberapa waktu lalu. Judul aslinya: Dengan 6 juta rupiah, sudah bisa punya bisnis ngebul. Demikian liputannya:

Orang Jawa umumnya tahu istilah “tingwe”. Kependekan dari linting dewe. Maksudnya melinting sendiri. Ini untuk menggambarkan kegiatan para perokok yang melinting sendiri tembakau untuk kemudian diisap. Seperti yang dilakukan oleh orang-orang jaman dulu tatkala rokok kemasan seperti jaman sekarang belum jadi industri.

Sejak beberapa tahun belakangan, tembakau untuk keperluan tingwe ini mulai marak dijajakan di berbagai kota di Jawa. Penggemarnya bukan saja kalangan orang-orang tua, tapi juga anak-anak muda. Yang dicari agaknya adalah sensasi meramu sendiri tembakau itu. Plus keasyikan melintingnya menjadi bentuk yang benar-benar personalized, sesuai dengan keinginan si individu. Ditambah lagi sebagai semacam nostalgia ke masa lalu.

Dan kini di Jakarta warung atau kedai yang menjajakan tembakau “tingwe” pun dapat ditemukan. Salah satunya adalah "Warung MBAKO TINGWE" yang menjual produk: “Mbako Tingwe” , yaitu Tembakau Rokok Aneka Rasa, Alat Linting, Kertas Rokok, Filter, serta Aneka Asesoris rokok, dsb.

Yang unik dari Warung MBAKO TINGWE ini adalah tema kampanye pemasarannya. Mbako Tingwe tidak memilih mereklamekan sensasi melinting sendiri itu sebagai yang utama, melainkan harganya yang murah meriahlah yang ditonjolkan. Mengapa begitu? Ya, mengingat sekarang ini jaman prihatin. Harga-harga naik, daya beli menurun. Keuangan keluarga harus dihemat. Sementara kebutuhan merokok tidak mungkin distop. Nah, tingwe bisa jadi solusinya. Bisa hemat sampai 60%.

Ini bukan bohong lho. Bayangkanlah. Harga rokok tingwe yang kita tawarkan berkisar dari Rp 13 ribu per 60 batang hingga Rp. 15 ribu per 60 batang atau rata-rata Rp 200 per batang hingga Rp 250 per batang. Bandingkan dengan harga standar rokok kemasan yang umumnya sudah dua kali atau bahkan tiga kali lebih mahal.

Mungkin ada yang bertanya. Ini kan rokok lintingan sendiri. Kok hitungannya per batang?

Memang. Produk Mbako Tingwe yang dijual di Warung Mbako Tingwe dipaket sedemikian rupa sehingga dalam satu paket, konsumen sudah mendapatkan alat linting, kertas rokok atau papir, filter, lem dan tembakau. Kalau belum bisa melinting sendiri, Anda akan diajari. Kalau belum bisa juga, disediakan rokok yang sudah “jadi”.

Ada aneka rasa tembakau yang dijual. Aneka rasa itu tidak berbeda jauh dengan rokok-rokok merek populer masa kini. Sebab, produk-produk Mbako Tingwe memang dihasilkan oleh produsen rokok dan peracik berpengalaman dari berbagai daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Kertas rokoknya sendiri nyaris persis dengan rokok-rokok kemasan populer, baik yang kretek maupun non kretek. Jadi jangan heran apabila nama-nama produk Mbako Tingwe ini bermiripan juga dengan merek rokok ternama. Misalnya ada yang dinamai Margono (plesetan dari Marlboro), Samsuri dan Samsul (plesetan dari Dji Sam Soe), Mail (plesetan dari Mild), Supri, Gafur, dan sebagainya. Produk kita bagi menjadi dua kelas, yakni B, dengan harga rata-rata Rp 13.000,- per 60 batang dan kelas A dengan rata-rata Rp 15 ribu per 60 batang. Sedangkan untuk tembakau rokok isi ulang – maksudnya tanpa alat linting – harganya Rp 8.000,- dan Rp 10.000,- per 60 batang.

ONGKOS DIPANGKAS
Menurut data, dari tahun ke tahun permintaan rokok di Indonesia terus meningkat. Tahun 1985, permintaan rokok baru 100 miliar batang. Pada tahun 2005 sudah menjadi 220 miliar batang. Dan perokok pemula di Indonesia tumbuh paling pesat sedunia yakni 44% usia 10 – 19 tahun dan 37% usia 20 – 29 tahun. Bisnis rokok pun meraksasa. Tetapi harganya pun turut naik seiring dengan makin banyaknya beban yang ditanggung produsennya; mulai dari biaya iklan, merek, distribusi, hingga cukai.

Dengan demikian, rokok tingwe jadi alternative karena menjanjikan penghematan besar. Dari sisi konsumen, harganya jelas jauh lebih murah, sementara rasa dan modelnya tak jauh berbeda dengan rokok kemasan. Dari sudut produsen, tembakau untuk tingwe ini bisa hadir dengan harga miring karena aneka biaya sudah dipangkas. Mulai dari ongkos linting, biaya overhead pabrik, biaya kemasan, biaya iklan, biaya distribusi, biaya administrasi, biaya umum dan lain-lain. Perjalanan tembakaupun dipersingkat. Setelah tembakau diracik dan dikenakan cukai, tembakau tidak dilinting, dikemas dan diedarkan oleh pabrik rokok, tapi langsung dihadirkan ke konsumen untuk dilinting sendiri antara lain melalui Kedai Tembakau Tingwe Aneka Rasa.

Lagi pula, membuat rokok tingwe itu sangat gampang. Modalnya tembakau, papir, filter, lem dan alat linting. Dengan berlatih beberapa kali, hasilnya tidak kalah dengan lintingan pabrik. Sementara rasa dan modelnya bisa diatur sesuai selera, malah bisa pakai filter juga.

Kedai tembakau yang dikembangkan berupa warung atau kedai tempat kongkow-kongkow. Ada tersedia tempat duduk dan meja, plus aneka asesori yang berhubungan dengan rokok. Misalnya, di Warung Mbako Tingwe dijual juga dompet rokok, pipa rokok berfilter dan lain-lain. Selama ini omzetnya lumayan. Penjualan yang terutama memang dari Tingwe, tetapi penjualan asesoris juga cukup signifikan.

PELUANG KERJASAMA…, NANTI
Dimas Anto, pemilik Mbako Tingwe, yakin bahwa harga-harga kebutuhan akan terus meningkat sementara kebutuhan akan rokok tak mungkin dinomorduakan, khususnya oleh para perokok. Dimas Anto juga yakin bahwa produk rokok tingwe akan makin jadi alternative di masa depan. Untuk itu pada saatnya nanti akan dibuka peluang kerjasama bagi investor yang berminat.

Dengan investasi awal Rp 6 jutaan, seorang investor sudah bisa mengoperasikan Warung Mbako Tingwe nya, lengkap dengan produk tembakaunya. Praktis sang investor hanya menyediakan tempat dan sedikit renovasi interior agar sesuai dengan tema utama Warung Mbako Tingwe. Sementara tembakaunya sendiri akan didatangkan oleh Dimas Anto. Dimas Anto menyediakan diskon yang cukup sehingga cabang mendapatkan margin yang menguntungkan. Tapi itu nanti…

Sekarang silahkan mampir dulu ke Warung MBAKO TINGWE. Nikmati hematnya, nikmati sensasinya merokok tingwe. Alamatnya di: Jalan Raya Tengah, seberang Gang Antariksa, kampung Gedong, Pasarrebo, Jakarta Timur. Telpon: Dimas Anto 021 8411717.

Gitu deh…

YA NYEBUL, YA NGEBUL



Jadilah mbah kakung persis kayak si onta, ya nyebul ya ngebul.

KADUNG CINTA, APA MAU DIKATA

Merokok itu gampang, bisa dilakukan bahkan oleh seorang bocah yang belum tamat SD. Tidak sulit, tidak perlu mikir, tinggal emut dan sulut, hisap dan hembus, bas-bus dan pas-pus. Simple, begitu saja. Pertama nyoba, mungkin mual dan pusing. Setelah dua tiga kali, yang terjadi bukannya kapok tapi malah nggatok. Dasar bocah!

Kita tidak bisa menyalahkan si bocah yang tergiur untuk mencoba. Siapa yang tidak ngiler ketika melihat bapak, pakde, paklik, pak guru, dan banyak orang lain di sekitarnya klepas-klepus merokok. Mereka menghisap rokok hingga merem-melek, terkesan nikmat sekaleee….

Jadilah kini, bocah kecil itu merokok. Sang bapak tak berkutik. Paling pol Bapak hanya bisa pidato: ”Belum bisa cari duit, jangan merokok!” Bapak lupa kalau ada jatah uang jajan buat si bocah. “Oke Bos!” sahut si bocah seolah patuh, padahal di belakang hidung bapaknya dia asyik ngebul.

Begitulah, setiap detik dan setiap menit jutaan bocah perokok muncul di berbagai belahan dunia. Mereka bukan dilahirkan tapi dijadikan oleh lingkungan, oleh “keteladanan” para dewasa dan juga oleh pengaruh iklan rokok yang menggebu. Dan begitu seseorang mulai merokok, biasanya dia akan merokok untuk sepanjang hayatnya, akan sehidup semati bersama rokok. Kian waktu jumlah perokokpun kian bertambah.

Untuk soal tambah menambah ini Indonesia boleh dibilang juaranya. Laju pertumbuhan perokok pemula di Indonesia tercatat paling pesat sedunia, yakni 44% antara usia 10 – 19 tahun dan 37% usia 20 – 29 tahun. Permintaan rokok meningkat dari tahun ke tahun, dari 100 milyar batang pada tahun 1985 menjadi 220 milyar batang tahun 2005.

Merokok ternyata tidak hanya gampang, tapi juga enak tenan! Itu kata mereka yang hobi banget alias nggebis. Konon para penggebis mampu menghabiskan 30 hingga 40 batang rokok sehari. Percumalah menghimbau mereka untuk berhenti merokok. Walau ditatar dengan 1001 macam soal bahayanya tetap saja mereka merokok. Abis enak sih! Begitu alasannya tanpa penjabaran lebih jauh. Waton ngeyel memang, tapi ya seperti itulah sikap lebih dari 140 juta perokok Indonesia.

Soal mengapa sih kok orang merokok, Ernest Dichter seorang peneliti telah menelitinya pada tahun 1947. Dan kesimpulannya adalah:
-Smoking is as much a psychological pleasure as it is a physiological satisfaction.
-Salah seorang respondennya mengatakan : "It is not the taste that counts. It's that sense of satisfaction you get from a cigarette that you can't get from anything else."
-Penelitian lain menambahkan bahwa: Merokok is Fun, Is Reward, Is Oral Pleasure, Helps me think, Help us to relax, "With a Cigarette I Am Not Alone", "I Like to Watch the Smoke", "I Blow My Troubles Away", Obat stress, Sarana gaul dsb.

Di samping sisi yang enak2 itu ada juga sisi resiko merokok. Dari sudut kesehatan, bahaya rokok sudah sering dibahas. Katanya, dalam kepulan asap rokok terkandung 4.000 racun kimia berbahaya, dan 43 diantaranya bersifat karsinogenik (merangsang tumbuhnya kanker). Berbagai zat berbahaya itu, diantaranya adalah tar, karbon monoksida, dan nikotin.

Bahwa merokok itu beresiko, para perokok tahu. Tapi nampaknya sungguh enggan mereka untuk meninggalkan kebiasaan yang mengasyikan dan yang terlanjur melekat di keseharian. Yah…, kadung cinta, apa mau dikata. Abis merokok itu gampang dan..., enak siiihhh.

Dan itulah gambaran mbah kakung yang hobi merokok sejak di bangku SMP. Hitung saja sudah berapa banyak batang rokok yang telah disulut. Yah…, mending ngrokok daripada mulut ini manyun ataupun nyap nyap.

Dari kegemaran merokok inipun mbah kakung bisa sulap menjadi suatu usaha yang “bermanfaat” yaitu usaha “MBAKO TINGWE”, Tembakau Rokok , Hemat, Nikmat, Aneka Rasa. Sekali lagi ini menjadi bukti bahwa kalau mau, hobi bisa disulap menjadi sumber rejeki.

Gitu deh…

MENYULAP HOBI JADI SUMBER REJEKI

Percaya atau tidak, ternyata kalau kita berani, antusias dan tekun, hobi bisa disulap menjadi sumber rejeki, membuat hidup jadi lebih hidup. Hal ini sudah mbah kakung buktikan sendiri. Berikut kisahnya:

Kata orang “Life begins at fourty – Hidup dimulai umur 40”. Memang, pada usia itu manusia umumnya berada dalam fase “tinggal landas” menuju ke puncak karir. Jika kita seorang profesional, di usia itu kita sudah berada di lapis kedua dalam organisasi perusahaan, menjadi manajer menengah. Sudah masuk dalam kelompok “orang inti”, sehingga saat berusia 45-50 kita sudah akan berada di lapis kesatu, Direksi. Begitulah kira2 ukuran standar manusia karir.

Dan menjadi manusia karir, itulah yang dulu mbah kung pernah jalani sejak usia lepas sekolah hingga umur 40 tahun, atau hingga 11 tahun silam. Dulu mbah kung terpaksa “kawin” dengan pekerjaan karena kebutuhan. Meskipun bukan bidang idaman, tetapi mbah kung sambar juga pekerjaan yang ada pada waktu itu. Yang penting kerja dulu, nanti perlahan-lahan cari yang lebih cocok. Sempat juga beberapa kali mbah kung pindah kerja, namun ternyata itu hanya berarti ganti majikan. Tetap saja ada rasa kurang sreg, kurang senang

Tidak ingin terbelenggu lebih lama, mbah kung memilih untuk berhenti berkarir, tepat di usia 40 tahun, disaat peluang menjadi “orang inti” sebenarnya sedang terbuka lebar. “Gila lu, nekat lu”, komentar beberapa teman. Ya, keputusan berhenti bekerja itu barangkali memang terkesan gila dan nekat bagi sebagian orang. Tapi mbah kung punya alasan.

Mbah kung itu demen banget sama alat musik tiup yang namanya saxophone. Tidak hanya senang memainkan tapi juga suka mengumpulkan alias mengkoleksi. Tiada hari tanpa menyentuh benda kelangenan itu. Pulang kerja, yang dibelai bukan anak bini, tapi saxophone. Menjelang tidur yang dikeloni bukan mbah putri tapi saxophone. Sampai2 mbah putri pernah protes, lah kapan aye dielus?

Lantaran hobi, berburu saxophone pun jadi giat. Dari mula2 hanya punya satu, lalu jadi dua, tiga, dan kemudian jadi punya puluhan saxophone. Lho, saxophone khan mahal? Uangnya dari mana? Ya dapet dari saxophone itu sendiri. Satu dijual, lalu belilah dua. Dua dijual, ada untung, belilah tiga. Begitu seterusnya. Lama2 pintar deh mbah kung dan mbah putri ngurusin jual beli benda itu. Mbah ngerti dimana harus mencarinya dan tahu pula bagaimana kudu menjualnya. Jadi selain “berkarir” jadi kacung, mbah kung waktu itu punya usaha sambilan yaitu jual beli saxophone.

Meskipun hanya sambilan, ternyata usaha jual beli saxophone itu menunjukkan prospek yang baik yang sangat berpotensi untuk dikembangkan lebih jauh, mengingat tidak sedikit orang yang gemar bermain musik. Apalagi musik itu sifatnya universal, tidak hanya konsumen lokal tapi orang mancanegara pun suka. Tidak hanya itu, saxophone dan juga alat musik tiup lainnya itu digemari oleh orang segala usia, tua dan muda, serta oleh pria maupun wanita. Lagipula, generasi baru khan tumbuh terus. Jadi permintaan pun akan senantiasa ada. Kalau soal sumber barang, itu juga bukan perkara sulit. Soalnya Indonesia khan gudangnya alat musik tiup seken, peninggalan jaman Belanda, atau kalau perlu ya import lah yauw.

Yakin dengan semua potensi dan prospek yang ada maka mbah kung tertarik untuk menangani dengan lebih serius, dengan segenap waktu, tenaga dan pikiran. Artinya bukan lagi sebagai usaha sampingan melainkan dijalankan sebagai usaha pokok dan serius. Dan karena usaha ini menyangkut hobi mbah kung, tentu dong bakalan asyik syik.

Berbekal harapan dan bayangan asyiknya itu, dibesarkanlah kemudian “Rumah Tiup”, pusat jual beli alat musik tiup. Dan seperti yang mbah kung dan mbah putri inginkan, Rumah Tiup kini telah dikenal luas oleh khalayak sebagai salah satu (satu2nya?) tempat di Indonesia yang menyediakan aneka jenis alat musik tiup, baru maupun seken, yang harganya murah, berkualitas, kondisinya prima serta mengajari gratis sampai bisa.

Ternyata memang benar, kalau kita mau, hobi bisa disulap menjadi sumber rejeki. Dan sekarang mbah kung sungguh merasa merdeka, merasa santai, bisa selalu berduaan, dan hobipun bisa sangat tersalur. Hidup terasa lebih hidup…

Mbah kung merasa merdeka karena mbah kung kini bukan lagi sekedar kacung tapi majikan bagi diri sendiri yang tidak dihantui oleh perkara PHK maupun perkara pensiun. Merasa santai dan bisa selalu berduaan bersama mbah putri, karena semua usaha dikendalikan dan dilakukan di rumah, jadi tidak perlu ngluyur kemana mana, buang2 waktu di jalanan. Kini ada banyak waktu untuk mengerjakan apapun yang mbah kung senangi, tidak ada yang menekan tidak ada yang melarang.

Dasi kini telah berganti jadi kalung metal dan jam tangan kini telah jadi gelang akar bahar. Kerah putih ala seragam karyawan kini berganti jadi baju setelan hitam hitam. Tampilan berubah total, yang dulu rapi jali kini rapi asli. Rambut yang dulu klimis kini berubah jadi gondrong dhiwut2. Ya, itulah gambaran tulen dari sosok mbah kung yang merdeka. Enak tho, manteb tho…

DARI HOBI KE HOBI


Ngurusin hobi, kagak ada capeknya lho. Meski badan bisa saja kelelahan tapi lelah itu akan kalah sama perasaan kita yang senang, riang ria, kala kita asyik menggarap hobi.

Tapi jaman ini berkembang, tehnologi maju pesat. Walau maju namun kemajuan ini tidak selalu “menguntungkan”. Buktinya kini tak banyak lagi hobi yang bisa kita pilih, beberapa jenis hobi sudah tergilas oleh jaman.

Hobi motret misalnya. Perkara motret ini nampaknya kini sudah kurang menantang lagi. Sekarang dengan gampang kita bisa jeprat jepret pakai kamera digital, bahkan dengan kamera handphone saja bisa. Tidak perlu lagi afdruk klise di kamar gelap. Tidak ada lagi teka teki, gimana ya jadinya hasil jepretan. Semuanya kini serba instan, begitu klik, langsung jadi.

Hobi ngumpulin perangko. Jaman sekarang mana ada orang kirim kabar via surat. Kalaupun ada, tidak lagi menggebu kayak dulu. Pengin bertukar kabar, tinggal tekan tombol HP, ketik huruf2 ini dan itu lalu…, send.

Hobi menjahit dan menyulam. Busana siap pakai buatan pabrik kini ada seabreg di pasaran. Pengin baju baru, kita tinggal milih dan nyomot. Pengin popok bayi serta aneka keperluan bayi, kita tinggal milih, pengin yang warna biru atau merah jambu. Ya, kini tak ada lagi keasyikan, menjahit sendiri atau menyulam sendiri baju2 hangat dan kaos kaki untuk si kecil buah hati kita.

Hobi nukang. Memalu dan memaku, membuat mobil2 an dari kayu, sekarang tak lagi kita lakukan. Pengin dolanan bocah, cari dan beli saja di toko, mainan serba plastik dan elektronik.

Hobi nembak, kasihan burungnya. Hobi mancing, kasihan ikannya.

Lalu gimana dong kita? Milih hobi apa? Usul saya, bagaimana kalau mulai dari..., belajar saxophone! Ya, belajar bermain saxophone, ngapa tidak? Bener lho, hobi bermain saxophone ini sungguh menyenangkan dan membuat kita asyik senantiasa.

Lihat saja aksi mbah kung yang lagi niup saxophone itu. Nampak girang khan. Memang nyaxophone menjadi salah satu hobi mbah kung. Hobi lainnya apa? Wow..., ada seabreg. Ya membaca, menulis, menggambar, menyanyi, nonton film, main kartu, ngumpulin barang2 jadul, ngumpulin cerita2 jadul, ngumpulin alat musik tiup jadul, ngumpulin biola jadul, ngumpulin akik, ngumpulin kayu eksotik, ngumpulin cangklong jadul, piara guk guk, piara ini dan itu, nglencer naik moge, jajan swieke, dsb.

Makanya blog mbah kakung ini berlabel: Dari Hobi Ke Hobi. Kadung Hobi, Apa Mau Dikata?

Gitu deh...