Biarpun Dave Koz ataupun Kenny G pakai mouthpiece merek anu ataupun itu, kita tak perlu terpengaruh. Belum tentu lho mouthpiece (MP) mereka itu cocok dengan selera kita. Kelihatannya saja mereka enak tulat tulit meniup saxophone dengan mouthpiece dan reed kesukaannya. Tapi kalau kita yang meniup, meski dengan setelan MP dan reed sama persis dengan yang mereka punya, belum tentu kita akan sepiawai mereka. Bisa saja kita malah jadi ngos-ngosan saking tebalnya reed ataupun saking mangapnya cucuk mouthpiece (tip opening).
Ya, reed ukuran tebal ketemu dengan MP model tip opening mangap, akan membuat MP itu sulit ditiup. Dan sebaliknya, kombinasi antara reed tipis dengan MP berbukaan sempit, akan bikin MP terlalu enteng ditiup. Keduanya kurang ideal. Yang asyik itu kalau kita bisa mengatur kombinasi MP dan reed sehingga diperoleh MP yang enak ditiupnya. Enak, artinya ya enak, tidak terlalu berat ditiup ataupun terlalu ringan. MP ukuran medium dengan reed medium biasanya sudah cukup memuaskan.
Umumnya ukuran MP ada 3 macam yaitu MP dengan bukaan (tip opening) sempit, sedang dan lebar alias mangap. Selain tip opening itu ada lagi ukuran MP yaitu MP berparuh panjang atau pendek (facing length). Ada lagi ukuran besar kecilnya rongga dalam atau chamber. Chamber bisa sempit, agak longgar dan longgar. Sayangnya belum ada angka standar ukuran untuk berbagai merek mouthpiece yang beredar di pasaran.
Untuk reed, ukurannya bisa tipis, sedang dan tebal. Dimulai dengan kode angka 1 untuk reed tipis, hingga angka 4 atau 5 untuk yang tebal. Nomer reed 2 atau 2,5 adalah ukuran menengah.
Bahan dasar MP bisa beraneka, bisa terbuat dari plastik, kayu, ebonit, kristal ataupun metal. Jenis bahan ini tidak berpengaruh terhadap suara. Yang lebih mempengaruhi suara adalah keadaan ruang dalam atau chambernya. Ruang sempit menghasilkan suara lebih cring, lebih bright dan sebaliknya.
Yang paling penting bagi kita dalam memilih kombinasi MP dan reed yang sip adalah dengan mencobanya! Kita coba sampai kita dapatkan yang kita suka. Dan boleh dicatat, MP merek terkenal dan mahal belum tentu lebih enak daripada MP yang berharga murah. Baik yang mahal maupun yang murah keduanya punya resiko sama, yaitu kalau jatuh ya..., rusak.
Gitu deh…
Sugeng Rawuh
Kamis, 22 Oktober 2009
Mouthpiece pun bisa bernyanyi
Dengan saxophone, kita bisa melantunkan lagu, tralala en trilili. Tapi pernahkah mencoba bernyanyi dengan menggunakan mouthpiece nya saja? Bener lho, mouthpiece saxophone (tentunya plus reed), itu bisa juga bernada. Tidak hanya satu atau dua nada, bahkan dia bisa menyuarakan nada2 hingga lebih dari 1 oktaf, dari nada sol rendah sampai nada do tinggi. Kok bisa?
Ya bisa dong, karena di antara reed dan mouthpiece saxophone itu terdapat celah yang dapat kita atur "bukaannya" alias lebar sempitnya dengan menggunakan bibir bawah. Ibaratnya selang air, kita bisa pijit2 ujung selang itu guna menghasilkan aliran air yang muncrat ke arah jauh sana atau cukup mengalir ke dekat2 sini saja. Begitu juga mouthpiece, semakin bibir kita ketat "memijit", nada yang dihasilkan akan semakin tinggi, dan sebaliknya, kala pijitan bibir kita kendorkan, suara mouthpiece pun akan merendah.
Dan berlatih bernyanyi dengan mouthpiece ini penting, supaya bibir kita menjadi cukup fleksibel, sehingga bisa sukses menyuarakan nada2 rendah, terutama pada saxophone jenis tenor.
Silahkan melantunkan lagu "balonku ada lima", dengan menggunakan mouthpiece saja. Notasinya sbb: 3 4 5 1 5 3 5 1...., 2 3 4 2 5 4 3...., 1 1 6 6 7 1 5 ...., 3 4 5 4 3 2 1... dst.
Jadi, untuk berhasil mendapatkan nada2 bawah pada saxophone, posisi jepitan bibir kita di mouthpiece juga mesti mengendur, dan sebaliknya untuk nada tinggi jepitan bibir harus makin ketat.
Gitu deh...
Ya bisa dong, karena di antara reed dan mouthpiece saxophone itu terdapat celah yang dapat kita atur "bukaannya" alias lebar sempitnya dengan menggunakan bibir bawah. Ibaratnya selang air, kita bisa pijit2 ujung selang itu guna menghasilkan aliran air yang muncrat ke arah jauh sana atau cukup mengalir ke dekat2 sini saja. Begitu juga mouthpiece, semakin bibir kita ketat "memijit", nada yang dihasilkan akan semakin tinggi, dan sebaliknya, kala pijitan bibir kita kendorkan, suara mouthpiece pun akan merendah.
Dan berlatih bernyanyi dengan mouthpiece ini penting, supaya bibir kita menjadi cukup fleksibel, sehingga bisa sukses menyuarakan nada2 rendah, terutama pada saxophone jenis tenor.
Silahkan melantunkan lagu "balonku ada lima", dengan menggunakan mouthpiece saja. Notasinya sbb: 3 4 5 1 5 3 5 1...., 2 3 4 2 5 4 3...., 1 1 6 6 7 1 5 ...., 3 4 5 4 3 2 1... dst.
Jadi, untuk berhasil mendapatkan nada2 bawah pada saxophone, posisi jepitan bibir kita di mouthpiece juga mesti mengendur, dan sebaliknya untuk nada tinggi jepitan bibir harus makin ketat.
Gitu deh...
Reed alias Buluh
Siapa sangka kalau kata lain dari "reed" yang setiap kali kita emut dan kita tiup bersama mouthpiece itu adalah..., buluh! Dan ini ada cerita menarik mengenai buluh, sebagai pengantar untuk kita nanti masuk ke topik tentang reed.
Kata buluh (Ibrani: qaneh, Inggris: reed) adalah sejenis tanaman yang tumbuh di rawa2. Kadang qaneh diterjemahkan sebagai gelagah, tetapi kadang diterjemahkan pula sebagai bambu. Yang jelas, buluh ini adalah Arundo Donax, yakni tanaman yang tumbuh juga di Palestina dan Mesir dengan tinggi bisa mencapai 3 hingga 4 meter.
Buluh ini dapat dianyam menjadi keranjang yang ringan, misalnya seperti keranjang yang dipakai untuk menyelamatkan si "Musa" kecil, seperti pada riwayat nabi Musa. Bisa juga dipakai sebagai galah, misalnya dalam kisah penyaliban Yesus. Ketika Yesus mengatakan: "Aku haus" di kayu salib, ada tentara yang menyodorkan anggur asam dengan menggunakan sebatang galah. Galah tersebut tak lain ya..., buluh itulah.
Ada lagi cerita, ketika Yesus ditangkap, para prajurit memperlakukan Nya dengan tidak hormat, Mereka meletakkan mahkota duri di kepala Nya dan memberikan sebatang tongkat buluh kepada Nya, dengan maksud menghina. Seorang raja biasanya memegang tongkat kekuasaan yang terbuat dari kayu bertahtakan emas intan berlian. Tetapi Yesus, raja segala raja, dihina dengan hanya memegang tongkat dari buluh. Tidak cuma itu, kepala Yesus yang bermahkota duri pun kadang dipukul dengan menggunakan tongkat buluh yang tadi dipegang Nya, sehingga duri2 makin menancap di kepala. Auww....!
Gitu deh…
Kata buluh (Ibrani: qaneh, Inggris: reed) adalah sejenis tanaman yang tumbuh di rawa2. Kadang qaneh diterjemahkan sebagai gelagah, tetapi kadang diterjemahkan pula sebagai bambu. Yang jelas, buluh ini adalah Arundo Donax, yakni tanaman yang tumbuh juga di Palestina dan Mesir dengan tinggi bisa mencapai 3 hingga 4 meter.
Buluh ini dapat dianyam menjadi keranjang yang ringan, misalnya seperti keranjang yang dipakai untuk menyelamatkan si "Musa" kecil, seperti pada riwayat nabi Musa. Bisa juga dipakai sebagai galah, misalnya dalam kisah penyaliban Yesus. Ketika Yesus mengatakan: "Aku haus" di kayu salib, ada tentara yang menyodorkan anggur asam dengan menggunakan sebatang galah. Galah tersebut tak lain ya..., buluh itulah.
Ada lagi cerita, ketika Yesus ditangkap, para prajurit memperlakukan Nya dengan tidak hormat, Mereka meletakkan mahkota duri di kepala Nya dan memberikan sebatang tongkat buluh kepada Nya, dengan maksud menghina. Seorang raja biasanya memegang tongkat kekuasaan yang terbuat dari kayu bertahtakan emas intan berlian. Tetapi Yesus, raja segala raja, dihina dengan hanya memegang tongkat dari buluh. Tidak cuma itu, kepala Yesus yang bermahkota duri pun kadang dipukul dengan menggunakan tongkat buluh yang tadi dipegang Nya, sehingga duri2 makin menancap di kepala. Auww....!
Gitu deh…
Saxophone kini makin asyik aja.
Model saxophone berkembang seiring waktu. Dari mula2 sederhana kini menjadi sempurna. Tombol pengatur nadanya semakin lengkap, konstruksinya semakin kuat dan dimainkannya semakin enak. Ya, kini main saxophone makin asyik aja.
Dan saxophone masa kini modelnya nyaris sama, meskipun mereknya berbeda beda. Perbedaan antara saxophone model lama dengan disain saxophone moderen sangat menyolok antara lain pada bentuk "table key" nya, model yang lama mengarah ke dalam sedangkan pada saxophone moderen table key itu mengarah keluar. Selain itu bentuk "guard" nya juga mengalami perubahan, dari guard berbentuk kawat menjadi bermodel plat.
Rupanya saxophone kini sudah menemukan disain standardnya. Dan yang menjadi acuannya tak lain adalah model saxophone Selmer mark VII (menurut saya). Atau akankah disain saxophone nantinya masih akan berkembang lagi? Entahlah...
Dengan adanya standard model itu, apakah saxophone vintage, saxophone model lama jadi kurang menarik? Menurut saya tidak demikian. Saxophone vintage masih tetap istimewa, terlebih lagi di waktu lalu para produsen saxophone itu membuat saxophone dengan ciri khas masing2. Lain merek, lain model. Jadi ada banyak variasi model.
Gitu deh...
Dan saxophone masa kini modelnya nyaris sama, meskipun mereknya berbeda beda. Perbedaan antara saxophone model lama dengan disain saxophone moderen sangat menyolok antara lain pada bentuk "table key" nya, model yang lama mengarah ke dalam sedangkan pada saxophone moderen table key itu mengarah keluar. Selain itu bentuk "guard" nya juga mengalami perubahan, dari guard berbentuk kawat menjadi bermodel plat.
Rupanya saxophone kini sudah menemukan disain standardnya. Dan yang menjadi acuannya tak lain adalah model saxophone Selmer mark VII (menurut saya). Atau akankah disain saxophone nantinya masih akan berkembang lagi? Entahlah...
Dengan adanya standard model itu, apakah saxophone vintage, saxophone model lama jadi kurang menarik? Menurut saya tidak demikian. Saxophone vintage masih tetap istimewa, terlebih lagi di waktu lalu para produsen saxophone itu membuat saxophone dengan ciri khas masing2. Lain merek, lain model. Jadi ada banyak variasi model.
Gitu deh...
Modal cangkem
Mother of Pearl
Penampakan luarnya sih biasa saja, tapi bagian dalam kulit tiram mutiara ini wow..., berkilau!
Ya, kulit tiram mutiara atau yang biasa disebut "Mother of Pearl" ini sering dipakai sebagai penghias kenop2 (finger touch) saxophone. Setelah mutiaranya dipanen, daging tiramnya disantap (dibuat masakan tiram saus tiram), cangkangnya dibersihkan, digerinda, dipecah-pecah, dibentuk bulat2 semacam kancing baju, kemudian dipasang pada kenop atau tombol2 saxophone...., jadi deh.
Ya, kulit tiram mutiara atau yang biasa disebut "Mother of Pearl" ini sering dipakai sebagai penghias kenop2 (finger touch) saxophone. Setelah mutiaranya dipanen, daging tiramnya disantap (dibuat masakan tiram saus tiram), cangkangnya dibersihkan, digerinda, dipecah-pecah, dibentuk bulat2 semacam kancing baju, kemudian dipasang pada kenop atau tombol2 saxophone...., jadi deh.
Table key
Saxophone vintage dan saxophone moderen bisa ditengarai dari model "table key" atau juga disebut "pinkie table key" nya. Disebut pinkie table, karena key itu dioperasikan dengan menggunakan jari kelingking (tangan kiri).
Table Key saxophone jaman dulu, dirangkai mengarah “ke dalam”, sedang pada saxophone moderen arahnya “ ke luar”.
Table Key saxophone jaman dulu, dirangkai mengarah “ke dalam”, sedang pada saxophone moderen arahnya “ ke luar”.
Langganan:
Postingan (Atom)