Sugeng Rawuh


free counter

Minggu, 27 Desember 2009

Sumpah "demi Allah"

Seorang teman berkata:
Sumpah-sumpahan atas nama Tuhan bukan barang baru di Republik Indonesia. Upacara pelantikan pejabat mana pun, dari paling atas sampai paling rendah, selalu ada sumpahnya. "Demi Allah". "Demi Tuhan". "Demi Sang Hyang Widhi". "Demi Thian Penguasa Langit". Rohaniwan selalu dilibatkan sebagai pendamping dan pembawa kitab suci.

Tapi apa yang terjadi? Adakah sumpah "demi Allah" itu lantas membuat Indonesia bebas korupsi? Bebas suap? Bebas pemerasan? Pejabatnya amanah? Polisi, jaksa, hakim tidak menyalahgunakan kekuasaan?

Bandingkan dengan Tiongkok, negara berpenduduk 1,3 miliar yang komunis dan ateis. Sumpah demi Allah tidak dikenal di Tiongkok.

Kok Tiongkok bisa memberantas korupsi dengan efektif? Kok Tiongkok bisa memberlakukan sanksi hukum yang tegas kepada koruptor, termasuk hukuman mati? Kita, bangsa Indonesia, layak malu. Masak, kita yang membawa-bawa nama Tuhan kalah bermoral dengan mereka yang komunis dan ateis itu?

Piye Jal?
Papilon.

Papiray komentar:
Benar, tidak semua orang yang mengaku "takwa" kepada Tuhan adalah orang yang menghormati sesamanya.

Kelihatannya ada orang yang melaksanakan perintah perbuatan kebaikan (ethical principles) dan ada orang yang hanya bicara tentang akan melakukan perbuatan kebaikan.

Yesus pun berkata, lebih baik orang yang berkata "aku tidak akan melakukan perbuatan yang diperintahkan" tetapi akhirnya melakukan perbuatan baik itu tanpa janji-janji, daripada orang yang berkata "ya, Tuhan, aku akan melakukannya" tetapi tidak pernah berbuat yang dijanjikannya.

Demikian juga dengan sumpah, sumpah bahkan dilarang dalam Kitab Suci, "jangan bersumpah atas namaKu", karena kebanyakan akan berdusta dan sekaligus menghina nama Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar