Sugeng Rawuh


free counter

Jumat, 02 Oktober 2009

MALAIKAT PELINDUNG

Papi Iss:
Bagiku ada Malaikat Pelindung kok. Tapi saya tidak ingin bisa melihatnya, lha kalo bisa melihat nanti malah pingsan, dikiranya diikutin hantu hehehehee....

Piye jal?

Papi Phoenix juga pandai mengandai andai:
Dan dia dalam pengandaiannya itu bisa melihat malaikat pelindung dan justru kalau seandainya bisa melihat akan merasa takut karena Malaikat itu dikira setan atau hantu...........

Apa boleh buat, aku juga belum bisa bertanya siapa siapa yang pernah melihat malaikat Tuhan seperti apa. Ketika tanganku ditarik ke belakang karena mau menyeberang jalan dengan sembrono, jelas aku tidak melihat apa apa, jadi aku bilang dialah sang Malaikat Pelindungku. Abis kagak ada orang disamping maupun dibelakangku tapi tanganku
ditarik ke belakang sampai aku urung menyeberang.

Nah seandainya aku melihat, akan melihat apa, siapa, seperti apa?

Menurut Padre Pio, itu adalah seorang Romo yang baru saja meninggal dunia yang segera saja jadi santo, aku lupa tahun berapa pada abad ini, adalah seorang romo yang memiliki 5 luka Yesus di tangan di lambung dan dikaki, yaitu luka bekas paku salib.

Padre Pio adalah orang yang sering melihat malaikat. Menurut penuturannya kok seperti orang biasa, pemuda yang rupawan. Begitu juga penuturan penginjil ketika Maria Magdalena melongok kubur kosong dia melihat dua pemuda guanteng duduk di bagian kepala dan yang satu di bagian kaki. Pakaiannya putih cemerlang.

Bagaimana ya, ini kan ceritera orang, sulit ya untuk mengkonfirmasikan. Sedangkan aku, ya aku tidak melihat siapa siapa kok. Jadi sulit juga bagiku menggambarkan Malaikat Pelindung itu seperti apa. Aku hanya merasakan saja tarikannya pada tanganku, begitu saja. Tanpa wujud, tanpa rupa, tanpa raga dan tinggal saja imanku: ini bukan setan bukan hantu, karena dia baik padaku.

Papi RH:
That every individual soul has a guardian angel has never been defined by the Church, and is, consequently, not an article of faith; ...

Terserah kepada masing-masing orang, mau percaya mengenai adanya malaikat
pelindung atau tidak. Kalau melihat riwayatnya, kepeprcayaan itu ternyata berasal dari lingkungan masyarakat kafir "takhayul" di Timur Tengah (Babilon, Sumeria, dsb).
Gereja katolik sendiri tidak pernah mengumumkan bahwa kepercayaan kepada malaikat pelindung termasuk fasal iman (article of faith).

Memang para penulis dari abad 2 sampai 16 banyak memberi penalaran mengenai malaikat yang diberikan kepada setiap jiwa, tetapi dewasa ini orang lebih mudah percaya akan daya baik dan jahat yang mempengaruhi setiap manusia (bukan jiwanya). Jadi ucapanku mengenai percaya atau tidak kepada malaikat pelindung tidak menentukan apakah si pemercaya atau penyangkal adalah beriman Katolik atau tidak. Aku sendiri tidak memandang hal sedemikian sebagai diperlukan, di alam raya ini lebih baik tidak memperbanyak hal-hal yang musti kita percayai, tanpa diperlukan .

Papi Iss:
Bukan percaya atau tidak percaya. Cuma bisa dirasakan seperti kita merasakan adanya elektron, atau signal, atau angin sepoi sepoi basah. Desah alam yang terdengar
menenangkan jiwa saat kita merem dan konsentrasi. Detak jantung dan gelora jiwa. Terasa tidak usah dipercayai tetapi bisa dirasakan. Bagaimana sih ujudnya elektron atau proton atau neutron atau signal atau angin kita tidak peduli. Yang jelas kita
memanfaatkannya.

Papi RH:
Bukan percaya atau tidak percaya.

Semua hal yang anda sebutkan itu adalah apa yang ditangkap oleh indera kita. Kita HARUS mempercayai signal/sinyal dari indera kita. Indera kita kadang-kadang pun bisa menipu kita, misalnya kalau kita kena halusinasi. Maka dikatakan kita mempercayai indera kita.

Aku menerima bahwa angin sepoi basah di ujung pohon cemara mensinyalkan sesuatu yang lain atau lebih daripada sekedar suara atau bunyi angin. Kita sebagai manusia memberi makna terhadap masing-masing fenomenon.

Tetapi gerakan atau tarikan tangan itu tidak usah diberi arti bahwa itu adalah malaikat, kalau itu diberi arti malaikat maka itu berarti soal kepercayaan, wong aku, sebagai seorang manusia lain, sama sekali tidak merasakannya.

Papi Iss:
OK, kita bilang tidak merasakannya berarti tidak perlu dipercayai. OK. why not.

Tapi lebih bahagia yang percaya tapi tidak melihat. Itu sabda Yesus. Ya to.

Begitu juga aku. Ketika aku MERASAKANNYA dan memeriksa sekelilingku tidak ada siapa siapa, aku harus membuat suatu kesimpulan. Lho siapa sih tadi yang menarik tanganku??????? Angin? Antarejo yang setelah menarik mblesek lagi ke dalam tanah?
Atau kera yang setelah menarik aku lompat ke atas pohon? Aku memang mengakui tidak mendongak, wong memang berdiri di tepi jalan turun dari trotoir. Aku tidak mendongak mengecek apa ada sesuatu di atas sana yang menarik tanganku.

OK diurut urut memang sulit ya, soalnya aku harus menalarkan sesuatu yang menarik tanganku itu, harus aku nalarkan: seseorang, sesuatu atau apa gitu yang menarik tanganku. Apa tidak perlu? Kalau tidak perlu ya udah end of discussion. And the Board is empty.

Kalau perlu lalu enaknya siapa ya? Nah ambil kesimpulan: Malaikat Pelindung.

Lega. Poll. Gitu.

Papilon:.
Jangankan malaikat pelindung, bahkan malaikat doang, saya tidak percaya.


Papi RH:
Aku pun nggak tahu. Tapi kata orang yang cuma percaya akan kata orang lain (?): malaikat adalah "roh", dan aku juga belum pernah tahu roh itu seperti apa ...

Papi Iss:
Yang aku heran, kok selalu ada seseorang yang entah peka, atau memang cuma berkhayal, mengaku bisa melihat mahluk halus berupa roh gentayangan di rumah atau di rumah tetangga etc.

Kalau duit ilang, menuduhnya pasti ini tuyul. Maka kalau nyimpan duit harus di stopless yang transparant bisa kelihatan dari luar, tetapi tutupnya diikat sama rambut dan diberi garam. Pasti tuyul kagak bakalan bisa ambil duitnya.

Tapi aku bergaul dengan orang yang seperti ini kok menurut aku dia itu biasa biasa saja.
Dia anggap normal kalau ada roh gentayangan di rumah. Yang penting dia tidak mengganggu gitu.

Aku seumur hidup belum pernah lihat wujud roh gentayangan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar