Sugeng Rawuh


free counter

Minggu, 11 Oktober 2009

Trahing kusuma, rembesing madu

Papilon:
Trahing kusuma, rembesing madu. Kata ini terdengarnya manis, menggambarkan anak2 keturunan "darah biru".

Padahal "madu" itu dirembeskan kemana mana, tidak hanya ke permaisuri tapi diecret ecret, gitu lho. Begitupun ybs, yang merasa sebagai "keturunan" sudah bangga setengah mati. Hingga tak segan2 menampilkan gelar BRAy, BRM, dsb. yang bermakna: anak selir. Lho, kok bangga?

Papi RH:
Celakanya menjadi anak yang lahir. Dia nggak punya pilihan lahir dari mana atau melalui siapa. Anak hasil cret-cretan sama dengan anak hasil cinta monogam(ous) yang mulia.
Anak-anak selir itu bangga ya bisa tapi malu ya bisa.

Celakanya, dalam konteks perkeratonan keadaan yang "kurang ideal" (malu?) justru dijadikan bahan untuk berbangga dengan gelar BRAy (mungkin birahi lebih tepat ya? ...)

Gitu deh…

2 komentar:

  1. Kurang berbobot isi dan bahasanya ditilik dr sudut akademisi, terasa dangkal kalo dimaksud hanya sekedar celoteh, tidak mengandung kebijakdanaan kalo dilekatkan dgn blog "mbahkakung", kurang njawani kalo penulis adalah org jawa

    BalasHapus