Papilon:
Ada pendapat, "hanya orang baik yang bisa bahagia." Menurut papi gimana?
Piye jal?
Jakwek:
Yang disebut bahagia itu yang bagaimana sih? (ini serius lho nanyanya). Apakah segala kebutuhan dasarnya (sandang, pangan, papan) bisa tercukupi? Misalnya begini, papi kerja kantoran, tiap pagi berangkat ngantor, pulang sore, ketemu anak istri dirumah, tentu nggak bisa lama2 karena harus istirahat untuk berangkat kerja esok harinya..., begitu terus tiap hari..., gaji lebih dari cukup untuk hidup sehari2. Rutinitas yang cukup membosankan, tetapi tetap dilakukan tiap hari karena butuh uang. Apakah hal tersebut bisa dikatakan bahagia?
Atau apakah yang disebut bahagia itu adalah mensyukuri segala rejeki (bisa berupa materi, kasih sayang, perhatian, dll) yang diterima pada hari ini atau hari kemarin?
Iss:
Masalah bahagia adalah hal yang relatif sekali. Ada orang kaya raya yang merasa sengsara karena tidak pernah dapat teman hidup untuk menikmati hartanya. Tetapi sekaligus ada pengemis yang uro-uro (yang untuk kebanyakan orang dianggap sebagai tanda senang hati, atau sekurangnya bahagia untuk sementara waktu). Lebih dari pada mencari kebahagiaan, orang harus belajar membuat kebahagiaan. Seorang teman guru India wanita di sekolahku dulu berkata: You must not find the meaning of life, you must make the meaning of life.
Coba renungkan itu, mungkin anda akan menjadi bahagia ...
NB Salah satu ciri manusia ialah ingin mengalami yang beraneka ragam. Terus pergi pulang darikerja memang membosankan dan tidak membuat orang bahagia, justru membuat depressed. Nah, kalau sudah ada tanda depression orang harus berliburan atau ganti suasana.
A change is as good as a holiday kata orang!
Saya juga sudah sering membicarakan mengenai apa to bahagia itu. Kalau orang pohon yang celana saja kagak punya, punyanya koteka, diberi celana panjang maka dia sungguh tidak bahagia walaupun celana panjangnya itu adalah merk terkenal Armani yang harganya boleh saya sebutkan $1000/potong. Apalagi bila lengkap dengan jas wol yang sumuk luar biasa dan leher diikat kencang kencang dengan dasi yang semuanya mahal harganya.
Bukankah lebih bahagia bila dia itu bangun pagi dari lelap malam yang nyaman, pergi kekali, beri makan ikan ikan cukup dengan dodok saja, dan juga bawa pulang ikan ikan untuk dibakarnya?
Kalau ikan bosan dia bawa tulupnya dan tulup burung atau tupai atau apa saja yang dia suka. Lalu masak dan makan bersama. Sambil menunggu masakan matang, dia nari nari hentak hentak bumi, putar kiri kanan berdiri dodok, jongkok loncat loncat padatkan halaman. Wah senangnya...
Nah makanan sudah matang siap disantap, dia kagak perlu repot cari keramik buatan Ming, atau sendok perak buatan Kota Gede. Waktu masak dia juga kagak repot antri minyak tanah. Dia juga kagak perlu cari kompor Ariston ataupun jaman sekarang ada kompor yang tidak panas tapi masakan tetap matang. Dia kagak butuh pergi lihat pameran elektronik terbesar sepanjang sejarah di Asia Tenggara dengan hadiah ratusan juta rupiah. Discount besar besaran, dia tanya apa sih discount itu?
Dia akan menyantap makanannya langsung saja dengan tangan kosong, dan kalau kebetulan ada uret yang ginuk ginuk dan lemu, wah lebih sedap deh. Dimakan hidup hidup pasti nyam nyam. Kalau udah kenyang dia cari istrinya dan dia bikin boom boom, dan kalau udah dia akan bobok diayunan dibelai angin sepoi sepoi basah. Mana ada rutinitas?
Ya tetap ada sih, dia rutin cari makanan, dia rutin masak, dia rutin mandi, dia rutin buang air, dia rutin boom boom, dia rutin bernafas, dia rutin menari, dia rutin menyanyi, dan dia so pasti deh rutin hidup BAHAGIA dari hari lepas hari.
Buat apa katok? Nak katokan malah gatel kok, tur butuh rinso. Nak ruu pornografi diteken, ya gampang, minta pisah dari nkri. Buat apa sih nkri? Kagak butuh. Butuhku hutan yang virgin dengan hawa sejuk nan bersih, yang penuh flora dan fauna, air yang mengalir bening gemericik, eden gitu.
Udah gitu aja udah bahagia kok. buat apa sih ktp? buat apa sih pasport. buat apa kk? bayar pajak? no way. buat apa solar? buat apa minyak tanah? buat apa bensin? gua kagak kemana mana kok. cukup jalan kaki sambil nulup kanan kiri. pulang bawa kelinci. nak sehat ya urip nak sakit ya mati buat apa icu? buat apa pemacu jantung? buat apa dokter? buat apa transfusi darah? buat apa sonde? buat apa termometer? wis to, kumpul sama alam enak tur bahagia.
Sugeng Rawuh
Selasa, 22 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar