Sugeng Rawuh


free counter

Selasa, 22 September 2009

BUNUH DIRI

Papilon:
Menungsa itu pancen macem2. Ada yang sok jagoan, merasa berhak melenyapkan nyawa kehidupan baru, yaitu fetus usia 6 bulan! Mentang2 si jabang tidak berdaya, tidak bisa melawan, terus orang seenaknya sendiri. Emang menungsa baru itu milik dia? Ah..., dasar!

Kalau melenyapkan nyawa kayak gitu itu legal, lha bagaimana dengan pelenyapan nyawa diri sendiri? Lebih legal dong?

Jadi kalau diri merasa telah, sedang dan cuma akan jadi beban bagi orang lain..., mengapa tidak bunuh diri saja? (Kagak perlu dibahas dari sisi agama...).

Btw, peristiwa bunuh diri sering terjadi di daerah Gunung Kidul, Jogya. Di Jepang juga dikenal harakiri. Sakjannya gimana sih ya fenomena soal bunuh diri dan harakiri itu.

Piye jal?


RH:
Bunuh diri adalah gejala kehidupan manusia yang telah amat tua, dan sudah dicatat dalam dokumen jaman kuno. Yudas diberitakan bunuh diri. Pemimipin dari sejarah umum yang memilih mengakhiri hidupnya daripada dituntut untuk membela kebijakannya juga ada (meskipun saat ini saya tidak tahu siapa dia, he, he, he),

Di Australia berita tentang meratanya kejadian bunuh diri di antara para petani (farmers) pada saat-saat kekeringan (drought) sudah diketahui oleh publik pada umumnya. Juga orang muda yang diberitakan menemui ajal mereka dalam kecelakaan mobil sering dianggap sebagai kasus bunuh diri.

Konon bunuh diri tidak terjadi tanpa alasan. Alasan putus asa karena korban menganggap tidak ada jalan keluar ialah alasan yang paling terkemuka. Di masa lalu orang yang bunuh diri dianggap tidak diselamatkan oleh Allah, dan Gereja Suci melarang pemakaman mereka di dalam kuburan kristen.

Sekarang ini pandangan kemanusiaan lebih simpatik. Orang yang membunuh diri biasanya telah mengalami semacam sakit kejiwaan yang mendalam, dan pertolongan tidak diberikan pada saatnya. Maka sekarang ini mereka yang bunuh diri tidak dianggap sebagai terkutuk, tetapi bisa juga selamat dalam arti kerohanian. Membunuh diri (syukur) masih dianggap sebagai tindakan yang kurang ethis, karena tindakan itu merampas yang dicintai dan sanak keluarga dari peristiwa yang wajar.

Banyak bantuan (psikologis) dalam negara-negara moderen yang ingin menolong agar orang tidak putus asa, dan ingin mengakhiri hidup mereka.

Hanya manusia yang berakal mengenal bunuh diri, konon di antara dunia binatang tidak ada yang ingin bunuh diri!!!


Iss:
Binatang yang hidupnya berkoloni BUNUH DIRI agar yang lain selamat.
Misalnya semut yang sedang menyeberang sungai, ada yang langsung tanpa ribut ribut, sukarela menjadi jembatannya. yang depan menggigit pegangan di tepi sungai entah itu ranting kuat entah apa, lalu kaki belakangnya digigit temannya yang kaki belakangnya digigit teman lain dan seterusnya sehingga terbentuk jembatan dari semut semut yang tentu saja setelah itu akan exhausted dan mati.

Aleksandr Solzhenitsyn mengamati bahwa semut lebih suka mati daripada menyelamatkan diri. sebuah tongkat bersarang semut, ujungnya dibakar. tongkat lama lama panas, semut dalam sarang bubar tetapi tidak ada yang mau pergi melarikan diri. mereka akan mati di tongkat yang hangus itu.

Itu gambaran orang Soviet yang walaupun negaranya sedang ancur ancuran tapi orang Soviet tidak pergi meninggalkan negaranya. rela mati saja di rumahnya.


RH:
Semut saya anggap sebagai makhluk yang ganjil karena kekuatan mereka terletak dalam jumlah yang tak tepermanai. Tidakkah kita bilang kalau kumpulan orang sebegitu banyak dan berjubel maka mereka dinamakan "menyemut"? Setasiun Semut di Sby tentunya bersifat seperti itu juga, mati nggak apa-apa. Karena otak semut amat kuecil, mereka nggak bisa berpikir. Tapi kalau contoh yang ditunjuk oleh ISS ialah dari dunia binatang yang lebih besar, khususnya yang menyusui, maka ceritanya akan lain sama sekali.


Papilon:
Hiya ya, binatang tidak kenal bunuh diri. Ular tidak pernah memagut lidahnya sendiri.
Tapi ada lho, kalajengking yang mati kena senjatanya sendiri. "Entup" di ujung ekornya nancep di tengkuknya. (Tapi itu kecelakaan, gara2 pas lagi jalan..., lalu kesandung! He he...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar