Sugeng Rawuh


free counter

Selasa, 22 September 2009

PRIYAYI GOMBAL

Seorang pegawai negeri, pejabat pemerintahan dan sebangsanya di Jawa pada jaman dulu disebut priyayi. Derajat priyayi dianggap lebih tinggi ketimbang bakul alias pedagang.

Maka tak heran kalau para orang tua (dulu) menginginkan anaknya untuk sekolah tinggi dan jadi pegawai negeri. Ada harapan, selain bakal jadi terpandang, bakal jadi priyayi, seorang pegawai negeri pasti 'bisa jadi..., kaya raya. Bagaimana logikanya, orang tidak lagi mempersoalkan.

Khalayak menganggap lumrah saja kalau pejabat ini, atau pejabat itu, yang pegawai negeri, memiliki vila ini, vila itu. Dipandang lumrah kalau ada pejabat punya lima rumah mewah dan lima mobil mewah plus lima moge. Masyarakat malah heran kalau ada pejabat tapi tidak punya apa2.

Ya, kita bisa membayangkan bahwa ongkos untuk mempertahankan gengsi (sebagai pejabat, sebagai priyayi) memang mahal. Kalau hanya mengandalkan gaji, mana bisa? Dan jadi priyayi itu mesti keren dong. Kalau kelihatan kere..., apa kata dunia?

Maka..., jatuhlah kemudian para priyayi yang terhormat itu ke dalam godaan. Dan..., tamatlah ooo..., riwayatnya. Gengsi, membuat orang berubah jadi gangster.

Piye jal?

Papilon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar