Sugeng Rawuh


free counter

Selasa, 22 September 2009

UANG KOLEKTE

Papilon:
Dari uang kolekte yang terkumpul, mana yang menjadi hak kita dan mana hak Tuhan.
Demikian topik diskusi di rapat Dewan Paroki XYZ.

Pak A usul, bikin saja lingkaran di lantai lalu lempar uang hasil kolekte itu ke atas. Yang jatuh di luar lingkaran, itulah hak kita. Yang masuk lingkaran hak Tuhan.

Pak B berpendapat sebaliknya. Yang diluar lingkaran hak Tuhan, yang di dalam hak kita.

Usul Papilon lain lagi. Setelah uang di lempar keatas, yang jatuh menjadi hak kita, yang tidak jatuh menjadi hak Tuhan.....

Semua peserta mula mula mlongo, tapi akhirnya manggut manggut tanda setuju.

He he..., mana ada uang dilempar kagak jatuh? Dasar!

(just gojeg lho).


Iss:
Ketika aku memasukkan uang ke dalam kotak kolekte saat misa, aku tidak banyak pikir ini untuk siapa. Yang aku tahu memang gereja butuh biaya untuk beli hosti, anggur, lilin, pakaian, listrik, telpon, transportasi, air, sabun dan segala perawatan gedung etc termasuk kebutuhan gaji karyawan. Jadi aku pikir uang itu adalah sumbangan dariku untuk kehidupan gereja.

Ternyata aku baru tahu kalau di paroki ku itu 50% harus masuk ke keuskupan agung semarang sebagai uang solidaritas. yaitu untuk membantu paroki paroki di desa dan pegunungan yang kolektenya kecil kecil yang jelas tidak cukup untuk membiayai diri sendiri.
Aku pikir wah bagus juga ya. Di kota orang sumbang bisa jutaan atau belasan juta sabtu dan minggu. Di desa paling cuma berapa ribu atau belas ribu saja uang krincing yang terkumpul di kotak atau kantong kolekte. Kalau dilempar keatas pasti jatuhnya ramai.Walaupun ada tornado ya tetap saja krincing jatuh ke lantai.

Kalau hasil kolekte di kota dilempar keatas dan kebetulan ada helikopter lewat wah malah mabur kemana mana itu duit dan tidak ada yang jatuh di lingkaran yang dibuat.

Lalu uang kolekte yang tinggal separoh itu ternyata masih disisihkan lagi untuk orang miskin. Jumlahnya emboh ora weruh. tapi aku denger ada orang dibantu membangun rumah karena sudah janda dan rumahnya bocor. Aku juga denger ada sumbangan ke gereja anu yang sedang membangun. Aku juga denger ada sumbangan untuk pergi berlomba koor ke Jakarta. Aku juga denger ada anggaran khusus untuk membiayai poliklinik yang didatangi juga oleh penduduk sekitar yang bukan katolik. Aku juga denger kalau ada juga sumbangan ke panti asuhan, ke panti jompo etc .
Maka ketika bayar karyawan pelit banget. wong duitnya udah habis untuk sumbang sana sumbang sini. Maka justru penjaga malam dikasih honor 250.000 doang sebulan. Gitu masih dikata katai: Wah keset, datangnya kok jam 22.00 kan harusnya orang jaga ya dari magrib. dst.

Pokok DP juga ternyata orang yang tidak kenal kasihan deh. Kalau nggaji sak udele dewe. Aku pernah dimintai pendapat dan aku bilang semua orang kerja ya berhak UMR gitu kataku. Sekarang ya paling tidak 716.000/bln.

semua terperangah.
mlongo.
lho kok?

Aku bilang: kalau soal orang kurang bener bekerja, ya diberi job des. kamu masuk pukul sekian, pulang pukul sekian, kerjaanmu itu menjaga malam, mengamankan kompleks etc. kalau dia tidak bisa memenuhi job des, ya udah diganti yang bisa. Kok digaji kecil karena kerjaannya kurang bener. Aneh bin ajaib dong.
1. kerjaan tetap tidak bener.
2. nyiksa orang.
3. tidak adil
4. kurang profesional.
5. kalau ada apa apa misal maling, ya tidak bisa salahkan penjaga malam, wong udah ketahuan orang brengsek kok.

Dan toh maling itu pinter banget. Dia masuk ke pastoran. Romo muda menegur: siapa kamu? Pemuda: aku keponakan romo tua. Romo muda: oh ya sudah. lalu beraktifitas biasa dan pergi.

Sore hari romo tua: lho kok uang kolekte hilang? Tadi aku letakkan di kamarku. sekarang hilang? siapa yang ambil?????

Siapa lagi kalau bukan keponakan gadungan itu????????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar