Sugeng Rawuh


free counter

Jumat, 18 September 2009

SUWE ORA JAMU, TEMU KANGEN

Trembelane! Bajigur! Biyangane! Iki kowe tho! Itulah sebagian kata mesra pelampias rindu yang keluar spontan dari mulut pria-pria tengah baya di lobi Graha Wisata Taman Mini Jakarta ketika saling jumpa di acara temu kangen teman SMA angkatan 76, pertengahan tahun 2007 lalu. Diamput! Iku rak wis suwe dab!

Pangling, itulah yang terjadi. Bagaimana tidak lha wong suwe ora jamu, bahkan ada yang lebih dari 30 tahun ora saling ketemu. Namun keadaan lupa-lupa ingat itu hanya berlangsung sekejap. Setelah masing-masing mengenalkan diri dengan menyebutkan julukan khasnya seperti *EMBUT, *AMBLIS, *ONDOM, GONTENG bukan ganteng, *OLDE, WERENG, BUTO SINGSOT, CAKIL, JAGO SILAT, MUNYUK, LETEG, PANJI TENGKORAK, GLATI, MBOK BON, SIMBAH, DSB. Ingatan segera melayang ke masa lalu, ke jaman dulu waktu kita-kita sama-sama ngilmu di SMA DE BRITTO, di kelas yang sama.

Rata-rata usia kita kini sekitar 49 tahun. Tampilan sudah berubah total. Sekarang berbeda dengan dulu kala kita remaja 17 tahun. Kita yang dulu imut-imut, kini cenderung jadi amit-amit. Rambut yang dulu hitam diwut-diwut kini mulai beruban. Uban mulai beserta kita! Perut mulai kelihatan rada buncit. Mulai banyak sirikan, perlu nyirik gula, ataupun gula-gula, perlu nyirik kambing muda, ataupun daun muda. Demikianlah gambaran ujud kita terkini, model mutakhir tahun 2007.

Ajaibnya, di sosok ujud yang mulai berangkat menua dan manglingi seperti itu, kita masih bisa menemukan sisa imutnya SI SUPRI *EMBUT, SI WARTOYO CAKIL, SI WOWOK JAGO SILAT, SI PUR *OLDE, SI JAROT GLATI, SI ROY BAGONG, SI TULUS, SI MUJIONO, SI BENI, SI MULYADI, SI EDI, SI HADI, SI DIDIT, SI KALUT, SI YOSI, SI PIR DSB.

Hal itu makin nyata ketika semua kita mulai angkat bicara. Bicara ngalor ngidul perkara nggabrul mbok Bon, perkara ngerjain si Bob atau si Man, tukang bakso dan tukang es favorit, bicara soal nyontek, soal Tong Jit dan aneka cerita nostalgia kala sekolah. Wah, semua bisa ngakak-ngakak dan girang-girang nggak keruan. Bapak-bapak itu, nggak urusan sekarang dia jadi konglomerat atau wong mlarat, jadi pejabat atau pejibit, semua kembali ke laptop, kembali seperti bocah, seperti remaja, kembali imut dan ceria.

Sementara para bapak ber ha-ha hi-hi, para ibu serta para putra dan putri yang turut hadir dengan penuh maklum, menyaksikan pemandangan indah tak terkira itu. Mereka tersenyam dan tersenyum, antara geli dan hepi. Pakne-pakne!

Ya, temu kangen dan bernostalgia memang perlu! Kenalkan, nama saya *EMBUT. Kalimat aneh semacam ini hanya bisa terlampiaskan, terucap dan terdengar di acara nostalgia, acara spesial. Gelar atau julukan SUPRI *EMBUT misalnya, akan menjadi tak layak dan tak sepantasnya bila disebutkan di tempat umum, terlebih di tengah anak cucu. Akan tidak cocok, akan terdengar wagu dan saru apabila cucu memanggil kakeknya dengan sebutan MBAH *EMBUT. Kalau itu sampai terjadi, wah, dunia bisa kiamat!

Peristiwa bahagia patut dikenang. Dia bisa menjadi obat awet muda, memacu gairah dan mengobarkan semangat senantiasa.

Gitu deh…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar